Berbicara mengenai liburan ke luar negeri, tentunya kita sebagai pelaku perjalanan telah merencanakan segala detail untuk mendapatkan traveling yang nyaman, aman dan tentunya bersahabat dengan anggaran. Persiapan dimulai dari mempersiapkan budget, tiket pesawat, itinerary, visa, pakaian hingga menukarkan rupiah dengan mata uang asing negara tujuan.
Namun bagaimana jika rencana yang kita buat ternyata tidak sesuai dengan kenyataan? Bagaimana jika tiba-tiba ada masalah yang di luar kuasa kita, meskipun perencanaan sudah matang?
Ada pepatah yang bilang, “manusia bisa berencana, tapi Tuhan yang menentukan”.
Pada thread kali ini aku ingin mengajak teman-teman sekalian cerita juga tentang pengalaman jalan-jalan yang sudah terencana dengan baik, namun tiba-tiba mengalami masalah di dalamnya. Boleh juga dishare ya di kolom komentar ceritamu dan cara mengatasi masalah tersebut.
Sebenarnya ceritaku mengenai perjalanan ke Jepang dengan Jenius sudah pernah kutulis dalam blog ku di link berikut. Ini linknya https://kevinkegankusuma.wordpress.com/2019/04/28/hari2jenius-penuh-perencanaan-dengan-jenius/
Namun thread ku kali ini akan lebih mengajak teman-teman membahas mengenai hal-hal di luar dugaan/rencana saat itu traveling.
Jadi kumulai ceritaku ya.
Perjalanan 10 hari 9 malam secara solo ini terasa begitu menyenangkan hingga hari ke 9, karena aku sudah merencanakan dan membooking segala sesuatu yang penting. Mulai dari tiket pesawat, akomodasi hingga tiket perjalanan antar kota di Jepang pun sudah kupesan jauh-jauh hari sebelum berangkat. Tentu saja bayarnya pakai kartu Jenius yang warna oren itu. Hari-H liburan pun tiba, aku berangkat ke Tokyo-Narita via Manila-Ninoy Aquino.
Perjalananku terasa sangat mudah dan menyenangkan karena saat itu Jenius sudah meluncurkan fitur mata uang asing JPY. Sebelum berangkat aku memang sudah mencicil membeli JPY di Jenius. Jadinya aku ke Jepang cuma membawa 10 ribu JPY (atau setara 1,35 juta rupiah saat itu) secara tunai. Sungguh sangat nekat sekali bukan untuk hidup selama 10 hari di negeri asing? Tapi itulah tingkat kepercayaanku karena kuyakin kartu Jenius yang kubawa sakti.
Sakti karena segampang itu membayar belanja di supermarket maupun saat di pusat oleh-oleh.
Sakti karena semudah itu digunakan di website belanja Jepang yang mengharuskan penggunaan kartu kredit.
Sakti karena sesimpel itu melakukan tarik tunai di ATM manapun yang ada di Jepang.
Meskipun liburan ini sudah kurencanakan dan berjalan baik, akhirnya di hari ke-9 malam hal tidak terduga itu terjadi juga padaku. Rencananya hari ke-10 pagi aku akan kembali ke Jakarta via Manila. Karena pesawatnya pagi, kala itu kupikir aku tidak perlu memesan akomodasi untuk malam itu karena aku akan ke bandara sejak sehari sebelumnya, supaya aku dapat bersiap diri di sana.
Aku pun terlalu menganggap enteng bahwa perjalanan dari Tokyo central ke bandara Narita akan berjalan dengan lancar dengan naik bus. Ya, hingga sore hari pukul 18.00 aku masih berpikiran bahwa shuttle bus tersebut bisa dinaiki langsung dengan sistem pembelian tiket langsung di tempat. Ternyata yang menjadi kesalahanku adalah tiket bus tersebut harus dipesan melalui website. Celakanya lagi, hingga bus terakhir pada pukul 22.00, ternyata sudah tidak ada kursi yang tersisa. 😖😖😖😖😖
Untungnya ada tiket bus di jam 04.00 pagi yang menjadi tiket perdana dari Tokyo central ke Narita saat itu. Aku pun langsung membelinya melalui website dan membayarnya menggunakan m-card Jenius yang terhubung ke JPY.
Again, harus diakui Jenius benar-benar save my life di saat aku sedang panik kebingungan cara ke bandara karena ketidaksiapanku.
“Semoga ini jadi pelajaran kita bersama ya”, pikirku dalam hati waktu itu.
Singkat cerita, ini ceritaku ini memberikan pelajaran bagiku bahwa tidak boleh menganggap enteng segala hal, apalagi ketika traveling di negeri asing yang kita tidak familiar sebelumnya. Namun, satu hal yang pasti, Jenius telah terbukti dan terpercaya menjadi teman traveling penyelesai segala masalah tidak terduga. Sejak saat itu, aku jadi makin cinta sama Jenius. Terima kasih Jenius.
Jadi bagaimana dengan teman-teman sekalian?