Minggu Sore, 02 Oktober 2023,
Jariku scrolling Medsos. Kebetulan Saya lihat ada Story Jenius yang isinya
Co.Create Travel Fair Challenge.
Pikiran Saya mulai Kepo dong, lalu bergegas langsung Klik link lengkapnya di @jeniusconnect.
Kenapa Saya begitu Antusias ikut Challenge dari Co.Create ini? Mau tau nggak?
Melansir salah satu kutipan kalimat yang Saya ambil dari Co.Create :
“Jalan-jalan ke destinasi impian, kayaknya jadi satu hal yang hampir semua Orang ingin lakukan, kemana pun pilihan tujuannya”.
Saya adalah salah satu dari sekian Pejuang di Rantau Orang. Tepatnya di Jogja Istimewa.
Enam tahun bukanlah waktu yang Singkat ketika Kita berbicara tentang “Rindu”.
Iya, Rindu.
Hanya “Rindu” Kata yang Tepat untuk mewakili Perasaan Saya. Apalagi sudah hampir mendekati Penghujung Tahun 2023.
Merauke, Papua, adalah Tanah Kelahiran Saya Tercinta.
April 2017, saat kali terakhir Saya menginjakkan kaki di Merauke, Papua.
Sayangnya, saat itu adalah saat terakhir Saya bertemu dengan Adik Bungsu Saya.
Momen yang sangat tidak amat menyenangkan. Saat dimana Saya mendengar berita yang membuat hati Saya hancur berkeping-keping, kaki Saya terasa luluh lunglai tak berdaya, air mata tak kunjung berhenti mengalir terus – menerus di pipi Saya.
Ricky, Adik bungsu Saya, pergi meninggalkan dunia untuk selamanya akibat peristiwa naas kecelakaan yang harus merenggut nyawanya.
Kakak mana yang tidak merasakan seperti disambar petir di siang bolong ketika mendengar Adiknya meninggal dunia?
Sejak kejadian itu, hidup Saya terasa seperti ada yang berubah. Merauke terasa begitu Hampa di bagi Saya. Karna luka yang paling membekas, ada di Tanah Kelahiran Saya sendiri.
Lalu Saya nekat membuang diri ke Jawa. Dan, di Jogja inilah titik awal Saya “Bertarung Nasib”.
Saat itu Saya hanya modal “Nekat”. Urusan nanti di Jawa, Saya bisa Sukses atau tidak, itu jadi urusan belakang.
Sekarang, sudah memasuki bulan Oktober 2023. Enam setengah tahun lamanya Saya tidak pernah kembali ke Kampung Halaman.
Rindu Mama dan Bapa?
Tentulah! Sangat Rindu malah!
Apalagi kalau Mama Video call, Beliau tidak pernah bosan selalu menyuruh Saya pulang ke Merauke.
Saya paham, di usia Mereka yang sudah senja, pastilah Mereka sangat merindukan momen-momen dimana Anak-anak Mereka bisa berkumpul semua di Rumah.
Terkadang Mama menyembunyikan kesedihan di raut wajahnya yang hampir sebagian sudah dipenuhi garis keriput. Begitupun juga sebaliknya. Saya juga.
Selesai sesi Video call ditutup, air mata Saya pun jatuh tak tertahan lagi.
Bagi Saya, usia tiga puluh delapan tahun adalah usia yang sudah terlambat untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan Saya. Tiga puluh tahun Saya habiskan untuk bersantai.
“Penyesalan selalu datang terlambat”.
Pepatah ini tepat sekali untuk mewakili Saya, di usia saat ini yang sudah tidak lagi muda.
Kehidupan di Jogja membentuk Saya menjadi Seorang Wanita yang Tangguh dan Pantang Menyerah. Saya harus mandiri, membiayai seluruh keperluan sendiri, bekerja, bahkan sakitpun sudah tidak lagi menjadi alasan buat Saya off kerja.
Sehari saja Saya libur, artinya Saya kehilangan Rp.100.000,-.
Jadi, sakitpun akan Saya tahan dan paksakan untuk bekerja sebagai Ojol, demi mencukupi kebutuhan hidup dan tidak menyusahkan atau bahkan membebani Orang Tua Saya di Merauke.
Pengen Pulang Merauke? PASTI.
Merauke bukan hanya berbicara tentang Kampung Halaman. Merauke juga tempat dimana Saya menghabiskan hampir tiga puluh tahun usia Saya. Di Kota itu Saya Sekolah, Saya bermain, Saya berkomunitas.
Di Merauke lah Saya banyak menabung kenangan-kenangan. Entah itu Kenangan Manis maupun Kenangan Pahit.
Jadi, sudah pasti, Saya merindukan setiap tempat di semua sudut di Kota Merauke.
Rindu Mama & Bapa,
Rindu Kedua Saudara Kandung Saya,
Rindu Keponakan,
Rindu Makanannya, apalagi ikan lautnya.
Setiap tempat disana sudah banyak meninggalkan kenangan yang mendalam buat Saya.
Pertanyaannya sekarang,
Kalau memang Rindu, kenapa 6,5 tahun tidak Pulang Merauke??
Begini ya Saudara-saudaraku sekalian,
Jarak Jogja – Merauke itu tidak seperti jarak Jogja – Surabaya ya Kakak..
Contoh kecil saja:
Waktu yang ditempuh dengan Pesawat sekitar 14-15 Jam perjalanan.
Biaya Tiket Pesawat sekali terbang bisa menguras kocek 4.000.000/One Way (Low Season) Itupun belum biaya akomodasi Kereta Api Jogja – Bandara dan biaya makan. Hanya biaya tiket pesawat saja ya.
Kalau High Season lain lagi ceritanya. Bisa membengkak 2 kali lipat.
Belum lagi bekal uang jajan untuk Orangtua dan Keponakan. Rasanya kok nggak Tega ya, 6,5 tahun tidak pulang, lalu tidak memberikan uang jajan untuk Mama & Bapa.
Bisa-bisa, makan nasi dirumah Mama saja, jadi tidak tertelan.
Usia Saya saat ini adalah usia dimana Saya yang harus “Memberi” kepada Orangtua. Bukan lagi “Meminta”.
Jadi untuk Pulang ke kampung halaman, setidaknya harus siap budget Rp. 18.000.000 sampai dengan Rp. 20.000.000,- an.
Sedangkan Profesi Saya hanya Driver Ojek Online. Rata-rata Pendapatan KOTOR dari Pagi sampai Malam, kerja 12 jam terkumpul Rp. 100.000,-.
“Kapan uang terkumpul?”
Kalau kata Lirik lagu:
“Begitu Syuulit lupakan Rehan”
Kalau kata Saya:
“Begitu Syuulit kumpulkan uang”
Asli ini nggak Bercandyaaa ya Kawan-kawan.
Saya bisa pulang setiap tiga bulan sekali cukup dengan memenuhi salah satu Syarat di bawah ini.
1. Saya anak orang kaya
2. Pendapatan Saya diatas Rp. 15.000.000/bulan.
Masalahnya untuk saat ini “MUSTAHIL”. Karna Dua Syarat itu tidak ada yang sesuai dengan kualifikasi Saya.
Alasan itulah yang mendasari Saya begitu Antusiasnya mengikuti Challenge Co.Create tentang Dream Destination.
Hari gini, siapa sih yang nolak di kasih Voucher Potongan Harga hingga Rp. 7.000.000 di Traveloka? Jawabnya sudah pasti. NO ONE.
Saya hanya Berusaha semaksimal yang Saya bisa. Lewat Doa & Usaha.
Tidak pernah satu hari pun Saya lewatkan di dalam Doa Saya tentang keinginan terbesar Saya untuk bisa pulang bertemu Mama dan Bapa di Merauke.
Saya hanya ingin menyentuh kaki Mereka lalu membasuhnya. Saya hanya ingin bersimpuh berlutut di Kaki Beliau. Mama dan Bapa.
Saya hanya ingin memeluk kedua Orang Tua Saya.
Saya hanya ingin menunaikan niat Saya untuk mencuci kaki kedua Orang Tua Saya.
Tidak ada seorangpun yang tau kapan Ajal menjemput. Saya tidak ingin menyesal karna belum bisa memenuhi keinginan Mama Saya untuk pulang ke Merauke, Papua.
Selagi Mereka masih hidup, sebagai Anak, Saya hanya ingin Berbakti kepada Mereka berdua. Agar kelak jalan Rejeki Saya diberi Kemudahan dan Kelancaran oleh Tuhan.
Semoga Co.Create bisa menjadi Pembuka Jalan buat Saya, menjadi Penghubung untuk Saya bisa melepas Rindu dengan Keluarga Saya, khususnya Mama dan Bapa di Kampung Halaman tercinta, Tanah Kelahiran Saya. Merauke.
“Bersama Co.Create, semua bisa melangkah lebih dekat ke Tujuan”.
Salam Sehat & Bahagia selalu dari Pejuang Rantau. Semoga Tuhan memberkati Kita semua. Amin.