Hi Co.Creators! Siapa di sini yang pernah menonton teater boneka? Atau, siapa yang masih ingat salah satu scene dalam film Ada Apa dengan Cinta? 2 ketika para aktor menonton pertunjukan boneka? Nah, yang mengisi scene dalam film tersebut adalah teater boneka Papermoon Puppet Theatre yang bermarkas di Yogyakarta.
Dalam sesi Jenius Conference “Art in the Time of Pandemic” kita berkesempatan mendengar perjalanan Papermoon Puppet Theatre menggelar acara teater boneka yang dihelat secara virtual. Dengan cara unik memperlihatkan performance singkat yang artistik, Papermoon Puppet Theatre pun membahas kolaborasi apa yang mereka lakukan bersama para seniman lainnya di seluruh dunia. Yuk simak!
Seni Teater Boneka & Papermoon Puppet Theatre
Menurut Kak Maria Tri Sulistyani selaku penggagas Papermoon Puppet Theater, seni teater boneka adalah seni menghidupkan objek atau benda mati, dan itulah karya seni yang mereka—Papermoon Puppet Theatre—pilih. Sudah selama 14 tahun itu pula mereka mempertahankan karya seni tersebut.
Bagi Kak Ria, di Indonesia Papermoon Puppet Theatre lahir sebagai kelompok teater boneka yang “hybrid” karena menggabungkan seni rupa dan seni pertunjukan. Hal ini membuat mereka berpikir kalau sekadar menggelar pementasan itu gak cukup. Mereka pun memutuskan untuk membuat ekosistem teater boneka, yang mana menjadi opsi mereka untuk tetap bertahan.
Papermoon Puppet Theatre pun terlibat bukan hanya dalam karya pertunjukan, tapi juga dalam beberapa proyek seni rupa seperti workshop, membuat proses pendampingan untuk para seniman yang hendak bikin teater boneka sendiri, sampai membuka peluang residensi seniman untuk seniman dari dalam dan luar negeri untuk tinggal dan berkarya bersama mereka di Yogyakarta. Bahkan, sejak tahun 2008 mereka menginisiasi adanya festival teater boneka berskala internasional yang mereka beri nama “Pesta Boneka”.
Pesta Boneka
Papermoon Puppet Theatre sudah melalui banyak perjalanan: dari panggung ke panggung, dari kota ke kota, dari festival ke festival lain, bahkan dari negara ke negara lain. Hal itu yang membuat mereka bertanya-tanya, “Apa sih yang sebenarnya dicari oleh para seniman yang sering pindah tempat ini?
Selesai pementasan, penonton memang tepuk tangan, tapi setelah itu mereka langsung pulang, bubar. Gak ada pertemuan.” Beranjak dari situlah mereka memutuskan untuk membuat festival teater boneka versi mereka sendiri, yaitu Pesta Boneka.
Dalam Pesta Boneka para seniman bukan cuma datang untuk mempresentasikannya dalam bentuk pertunjukan, tapi mereka juga mesti berbagi berbagai hal melalui banyak program seperti workshop, diskusi, live performance, dan sebagainya. Pesta Boneka jadi ruang untuk bertemu banyak orang.
Selama 12 tahun menggelar Pesta Boneka, banyak seniman dari berbagai belahan dunia datang ke Indonesia—khususnya Yogyakarta. Bahkan, di akhir tahun 2019 Pesta Boneka mendapatkan komitmen dari 30 kelompok (18 negara) seniman teater boneka, yang mana harusnya bakal datang ke Yogyakarta untuk ikut berpesta pada Oktober 2020 ini.
“Namun, tiba-tiba pandemi datang. Berbagai linimasa di seluruh dunia mengabarkan berita duka. Semua orang mesti waspada. Gak boleh ada perjumpaan, apalagi pesta,” ujar Kak Maria. Pada awal pandemi, tepatnya bulan April, mereka berpikir keras, “Apa yang bisa kami lakukan sebagai seniman di masa-masa seperti ini?”
Akhirnya, satu jawaban muncul di benak mereka, “Kami mesti tetap menjaga kewarasan.” Dari situlah akhirnya mereka memutuskan bahwa selama 18 hari akan menanyakan kabar para seniman teater boneka dari seluruh penjuru dunia. Selama 18 hari itulah mereka melakukan wawancara melalui IG Live mereka.
Di luar dugaan, 18 hari tersebut menjadi hari-hari terbaik yang pernah Papermoon Puppet Theatre dan para seniman lainnya lalui di awal masa pandemi karena pada hari itu mereka saling bertukar kabar serta menyalakan api semangat satu sama lain. Sehingga, akhirnya diputuskan bahwa Pesta Boneka VII akan tetap berjalan untuk menjaga kewarasan kami bersama.
Baca juga: Kolaborasi Teknologi & Budaya ala Keraton Yogyakarta
Pesta Boneka Virtual
Kolaborasi adalah kunci yang Papermoon Puppet Theatre gunakan untuk menyelenggarakan Pesta Boneka VII. Sebagai kelompok teater boneka yang sebelumnya segala sesuatunya digarap secara manual, buat sesuatu perhelatan besar yang diselenggarakan secara virtual tentu hal yang sangat baru dan asing.
“Kami tau bahwa kami gak mungkin kerja sendiri. Maka, kami bekerja sama dengan beberapa pihak dan teman untuk bantu kami mewujudkannya,” ungkap Kak Ria. Salah satunya mereka meminta tolong sahabat lama mereka untuk jadi Direktur Pesta Boneka VII: Andreas Praditya yang biasa dipanggil Rere.
Pesta Boneka VII benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya karena dilakukan secara virtual. Dan akhirnya setelah 12 tahun, Papermoon Puppet Theatre pun memiliki website sendiri. Laman tersebut menjadi “ruang” sendiri yang benar-benar menarik buat para seniman.
Sebelumnya pada tahun 2019 ada 30 seniman yang bergabung, lalu karena beralih ke virtual sekarang bertambah jadi 47 seniman dari 25 negara yang terlibat. Hal ini jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Bahkan ada 6.000 penonton yang terdiri atas 138 kota dari 65 negara di seluruh dunia!
Program yang ada dalam Pesta Boneka antara lain adalah puppet performances, workshops and presentations, When Puppeteers Cook—ketika para seniman masak untuk dimakan seluruh audiens, serta Puppet Art Installation & Puppet Film Screening.
Dengan adanya official website sebagai rumah baru, Papermoon Puppet Theatre ingin para seniman juga bisa memakai website tersebut sebagai ruang pertemuan antarseniman yang bisa menjaga kewarasan selama pandemi. Kini, Pesta Boneka jadi ruang rujukan virtual pertama di dunia untuk teater boneka. Keren banget, ya!
“Pesta Boneka adalah pesta perasaan atas hubungan antarmanusia. Maka, kami di Papermoon Puppet Theatre akan tetap berkeras kepala untuk terus merawatnya!” ujar Kak Ria menutup conference tersebut.
Comments ( 0 )