Bagi kamu yang menyukai produk kecantikan, tentu sudah gak asing lagi dengan istilah beauty blogger ataupun beauty blogger. Seiring industri kecantikan yang semakin maju, dua pekerjaan tersebut juga semakin menjanjikan. Coba deh ingat-ingat, apa yang lebih dahulu kamu lakukan sebelum membeli skin care? Menurut survei yang dilakukan oleh Beauty Journal, sebanyak 89,5% orang membaca beauty review dari beauty blogger sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk kecantikan.
Tapi taukah kamu, menulis beauty review ini ternyata gak mudah. Selain harus pintar dalam mengemas konten agar lebih menarik, para beauty blogger juga harus cerdas dalam memilih produk yang akan mereka review. Selain isi kandungan serta tingkat kecocokan produk, soal harga dan budget juga harus diperhatikan. Materi inilah yang dibahas dalam workshop Beauty Journal ketiga yang berjudul “Beauty 911: Writing a ‘Lit’ Beauty Review in Jenius Way” pada 24 Maret lalu di kantor Jenius, Menara SMBC.
Suasana sebelum sesi workshop dimulai. Sumber gambar: Beauty Journal
Sebagai signature event dari Beauty Journal, Beauty 911 kali ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Melia Praditya seorang beauty enthusiast, Mira Monika selaku Editor-in-Chief Beauty Journal, dan Grisselda Nihardja, Lead Editor Beauty Journal. Apa saja yang dibahas kali ini?
Cerdas mengelola keuangan
Selain menulis, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh seorang beauty blogger adalah pengelolaan keuangan. Para wanita tentu mengerti bagaimana sulitnya mengatur budget untuk make up serta menahan diri saat jalan ke mall dan menemukan produk kecantikan terbaru. Melia sebagai beauty enthusiast pun mengakui hal tersebut, ia mengatakan secara teori ada banyak tips mengelola finansial yang bisa diterapkan. Namun secara praktik, bagi mereka yang sudah jatuh hati dengan produk kecantikan, ini tentu bukan hal yang mudah.
Melia Praditya sedang menjelaskan 5 Beauty Rules. Sumber gambar: Beauty Journal
Pada sesi workshop kemarin Melia membagikan 5 beauty rules agar belanja make up tetap sesuai budget. Salah satunya adalah pintar dalam menentukan prioritas belanja, khususnya saat melihat produk kecantikan terbaru dari brand besar.
“Kita biasanya memang langsung gelap mata dan ingin beli semuanya. Tapi sebenarnya make up itu teknologinya udah luar biasa. Banyak barang-barang drug store yang gak kalah bagus dari brand besar. Jadi kita harus bisa tentuin mana yang lebih kita prioritaskan,”
Kamu juga bisa menggabungkan pemakaian produk kecantikan, misalnya skin care dari brand besar Korea sedangkan produk make up seperti palette eyeshadow dari brand lokal. Melia menambahkan bahwa kita gak perlu ragu dengan produk lokal dan drug store karena kualitasnya gak kalah bagus.
Salah satu peserta turut berbagi tips budgeting untuk belanja make up. Sumber gambar: Beauty Journal
Setelah menentukan prioritas, langkah berikutnya adalah menentukan budget. Pada sesi workshop kemarin, Melia mengajak peserta untuk melakukan simulasi budgeting belanja make up. Sebanyak 40 persen dari income harus digunakan untuk kewajiban seperti pelunasan cicilan, biaya bulanan, utang, dan biaya lain yang gak bisa diganggu gugat. Sebanyak 20 persen untuk lifestyle, 20 persen untuk saving dan dana darurat, 10 persen untuk dana sosial dan sisanya sebesar 10 persen untuk kebutuhan yang sesuai dengan passion kita, yaitu make up. Menurut Melia, budgeting ini akan sangat membantu kamu karena dengan mengalokasikan budget make up di awal, kamu tau mana yang lebih penting untuk dikeluarkan. Kamu juga akan lebih lega saat belanja karena keperluan primer sudah terpenuhi.
Tentukan personal branding
Selain cerdas dalam mengelola keuangan, beauty blogger juga harus bisa menentukan identitas yang ingin ditonjolkan. Mira Monika selaku Editor-in-Chief Beauty Journal menyadari bahwa umumnya beauty blogger memiliki beberapa ketertarikan. Namun untuk bisa sukses, beauty blogger harus fokus pada satu identitas.
“Kalau kamu mau jadi beauty blogger, kamu harus tentukan ciri khasnya dulu. Misalnya khusus untuk review produk lokal. Atau kalau kamu gak ingin terlalu berat di ongkos dalam menulis review-nya, bisa fokus ke produk drug store”
Mira Monika saat menjawab pertanyaan dari peserta. Sumber gambar: Beauty Journal
Personal branding ini penting karena turut mempengaruhi kredibilitas sebagai beauty blogger. Senada dengan Mira, Grisselda juga mengungkapkan bahwa semakin sering dan konsisten seseorang dalam menulis beauty review, orang-orang akan semakin percaya dengan penulis review tersebut.
“Misal ada temen kamu yang suka banget dengan cushion Korea, bayangin kalau dia tulis di internet dan konsisten nulis tentang produk itu. Orang nantinya ketika mau beli cushion akan langsung ingat sama si penulis review-nya. Image dia nanti secara gak langsung kebentuk kalau dia konsisten”
Jujur dalam menulis beauty review
Poin lain yang juga diangkat oleh Grisselda adalah mengenai pentingnya kejujuran dalam menulis beauty review. Menurut Grisselda, orang-orang melihat beauty review layaknya rekomendasi dari seorang teman.
“Pembaca review sekarang semakin kritis, mereka bisa tau ini review hasil kerja sama dengan brand atau tidak, jujur atau tidak. Jadi sebaiknya sebisa mungkin kita buat review yang jujur. Bagus atau pun jelek, serta apa pun yang harus diperbaiki semua harus dituang ke dalam tulisan”
Grisselda menjelaskan pentingnya membuat review yang jujur. Sumber gambar: Beauty Journal
Review yang jujur bukan berarti blak-blakan tentang kekurangan sebuah produk atau ketidakcocokan produk tersebut dengan kulit kita. Bila review tersebut merupakan hasil kerja sama dengan brand, Grisselda menyarankan para beauty blogger untuk mengomunikasikannya di awal mengenai skenario yang harus dilakukan bila ternyata produk tersebut tidak cocok dengan kulit. Beauty blogger juga harus aktif menanyakan daftar kandungan produk dan bila menemukan zat atau kandungan yang tidak cocok dengan kulit, ada baiknya untuk jujur dengan brand.
“Misal saya gak cocok dengan produk yang mengandung salicylic acid. Nah, kalau liat kandungan itu di dalam produknya, ya jangan dipaksa. Memang kesannya kita seperti menolak kesempatan, tapi sebenarnya kita bisa menyampaikannya ke brand dengan baik. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik kok”
Suasana saat workshop berlangsung. Sumber gambar: Beauty Journal
Namun, bila kamu sudah terlanjur melakukan kerja sama dengan brand, alternatif lain yang bisa dilakukan adalah mengemas konten review dengan lebih positif. Misalnya, produk yang kamu review membuat kulitmu jadi lebih berminyak, kamu bisa mengatakan pada pembaca bahwa produk tersebut lebih cocok untuk kulit kering. Sebab di dunia komersil, apa pun yang terjadi kalau sudah kerja sama dengan brand merupakan tanggung jawabmu.
“Profesionalitas kita diuji, jadi apa pun yang terjadi kita harus review produk tersebut dengan cara yang jujur. Tapi ingat, jujurnya juga harus pintar”
Pada sesi akhir workshop, para peserta yang sebagian besar merupakan beauty blogger ini juga diajak untuk menulis beauty review dipandu langsung oleh Grisselda.
Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Jenius dan Beauty Journal. Bila kamu menginginkan lebih banyak acara dengan konten serupa atau ingin mengusulkan ide lain, kamu bisa submit ide menarikmu di sini.
Comments ( 0 )