Banyak orang mengatakan bekerja harus sesuai passion, supaya pekerjaan gak terasa membebani dan hasilnya lebih maksimal. Sayangnya, gak semua orang bisa menemukan passion dengan mudah. Ada yang harus menjalani serangkaian peristiwa, melakukan berbagai aktivitas, dan mengalami fase naik turun dalam hidup baru kemudian menemukan passion-nya. Salah satunya Putri Ceniza Saphhira Akbar, atau yang lebih akrab disapa Ciza, Founder Pustakalana dan mamarantau.com.
Sebelumnya Ciza mengakui, semua hal yang ia lakukan adalah upayanya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu. Masuk kelas unggulan, kuliah di perguruan tinggi ternama di Bandung, hingga lulus tepat waktu dengan nilai Indeks Prestasi yang mumpuni. Namun segudang prestasi tersebut gak menjamin Ciza terbebas dari quarter life-crisis. Sama seperti lulusan sarjana lainnya, ia sempat bingung dalam memulai karier sebab ia sendiri gak tau apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Hingga kemudian setelah menikah, Ciza memutuskan untuk resign dari kantor lamanya di Jakarta dan menjadi ibu rumah tangga.
“Saya gak tau bakat saya apa dan gak tau juga maunya apa”
Setahun berikutnya, ia pindah ke Amerika. Sebagai ibu yang hidup di perantauan, gak lantas membuat Ciza lepas dari tekanan. Banyak dari teman-temannya saat itu menganjurkan Ciza melanjutkan kuliah S3, ketimbang hanya sekedar jadi ibu rumah tangga. Namun Ciza menolak, karena menurutnya risikonya terlalu besar, ada tanggung jawab yang harus ia penuhi sebagai ibu.
“Saya gak mau lagi melakukan sesuatu semata-mata karena ingin membuktikan kalau saya bisa”
Ciza saat menceritakan kisahnya menemukan passion. Sumber gambar: Lokalogue
Tapi Ciza tau, ia tidak sendiri. Ada banyak ibu dengan pengalaman yang sama, menjalani hidup hanya dengan dukungan dari suami dan jauh dari keluarga. Inilah yang kemudian mendorong Ciza membuat documentary platform, mamarantau.com. Sebuah website kolaborasi bersama ibu dan wanita lain yang hidup di perantauan. Di sela-sela kesibukannya mengelola platform mamarantau, Ciza juga aktif menjadi volunteer dalam berbagai kegiatan dan rutin mengunjungi perpustakaan. Menurutnya bila dibandingkan dengan Indonesia, jumlah perpustakaan di Amerika sudah gak bisa dihitung. Bahkan di dekat tempat ia tinggal, ada 5 perpustakaan.
“Lalu saya berpikir, perpustakaan itu bukan sekedar ruang baca melainkan ruang belajar dan tempat bertemunya komunitas”
Dari pemikiran inilah, karya kedua Ciza, yaitu perpustakaan anak yang ia beri nama Pustakalana hadir di Bandung.
Pelan tapi pasti Ciza menyadari, kegiatan volunteer, komunitas, dan kecintaannya pada buku anak telah menjadi passion-nya dalam hidup. Mengembangkan mamarantau dan Pustakalana gak sedikit pun membuat Ciza lelah.
“Dengan Pustakalana, saya punya kontribusi untuk negeri ini. Saya menjadi orang yang memiliki harga diri”
Menurutnya, menemukan passion itu gak melulu harus sama dengan latar belakang pendidikan. Sebab yang terpenting kamu menyukai suatu hal dan tergerak untuk mencari tau lalu menciptakan karya yang bernilai. Passion membuatmu gak lelah mencari dan terus bekerja, sampai kamu gak sadar kalau sebenarnya kamu sedang menciptakan sesuatu, seperti Ciza dan Pustakalana.
Meizan mengaku lebih beruntung, telah menemukan passion sejak kecil. Sumber gambar: LOKALOGOUE
Lain halnya dengan Meizan D. Nataadiningrat, Founder House The House yang rutin mengadakan festival kuliner Bandung lewat Keuken ini, mengaku telah menemukan passion-nya sejak kecil. Keluarganya pun memberikan dukungan penuh terhadap apa yang ia senangi. Bagi Meizan, dukungan dari lingkungan sekitar dapat menjadi stimulus yang membantu seseorang dalam menemukan hal yang disenangi. Menurutnya, stimulus tersebut bisa dalam bentuk kesempatan untuk mengembangkan gagasan dan belajar berkompromi.
Di setiap fase hidupnya, ia selalu menemukan hal baru untuk disenangi. Termasuk di SMA, di mana Meizan berkesempatan untuk belajar, berkarya, terlibat dalam organisasi, dan bertemu banyak orang hebat. Kemampuannya mengutarakan gagasan dan memberikan sudut pandang baru, pun semakin baik.
“Dan selama proses tersebut berlangsung, passion memiliki peran penting. Semuanya bisa terencana karena saya punya passion”
Passion bagi Meizan, memberikan sentuhan penuh rasa senang, semangat, dan antusiasme. Sekaligus membedakan diri seseorang dari yang lain. “Selain passion, apa lagi yang bisa mendorong kita melakukan sesuatu? Sepertinya gak ada,” tuturnya.
Selain itu, Meizan juga menganjurkan untuk gak takut melihat apa yang telah terjadi di masa lalu. Bila semua yang kita lakukan berlandaskan gagasan, justru bisa menjadi motivasi untuk bergerak semakin ke depan.
“Hidup itu sama seperti katapel, harus mundur dulu ke belakang untuk bisa sampai dan maju ke depan”
Dan passion turut membantu seseorang menjadi lebih siap akan apa yang mungkin terjadi nantinya.
Suasana saat sharing session bersama Ciza dan Meizan berlangsung. Sumber Gambar: LOKALOGUE
Sesi tanya jawab, dari kiri ke kanan, Azalea Bieantri, Ciza, dan Meizan. Sumber gambar: LOKALOGUE.
Baik Ciza maupun Meizan berbagi cerita tentang passion ini pada acara kolaborasi Jenius dan LOKALOGUE, tanggal 26 September lalu di Lo.Ka.Si Coffee & Space, Bandung. Bagaimana dengan kamu? Sudahkah kamu menemukan dan berkarya sesuai passion? Cerita yuk, di forum diskusi Jenius Co.Create. Bila kamu punya ide menarik untuk Jenius atau event selanjutnya, realisasikan di sini.
Comments ( 0 )