saya tu dah berapa kali memasukan imail.pasword saya tp knp GK bs masuk sllu blng salah pdhl dah bnr
Hi Co.Creators!
Sudah baca artikel tentang jenis stres akibat pandemi, kan? Kalau sudah, berarti kamu juga sudah tau kamu termasuk kategori stres yang mana. Nah, selain stres, ada lagi lho salah satu kondisi psikologis kita yang selama pandemi mengalami perubahan signifikan, yaitu “emosi”.
Kalian pasti sering mendengar penggunaan kata “emosi” dalam percakapan sehari-hari. Dan frekuensi itu makin sering selama kita diharuskan berada di rumah.
“Selama pandemi kok kamu emosian banget sih?”
“Idih, gitu aja emosi!”
Dan masih banyak contoh lainnya. Kalau dengan kalimat kayak begitu, rasanya “emosi” terdengar sebagai sesuatu yang negatif. Benar? Nah, penggunaan kata emosi dalam contoh itu bikin kata tersebut diartikan sebagai rasa marah, padahal jenis emosi bukan cuma marah.
Apa Sih Emosi Itu?
Berdasarkan Asosiasi Psikologi Amerika, emosi diartikan sebagai pola reaksi yang kompleks dan melibatkan pengalaman subjektif, perilaku, dan fisiologis. Pendek kata, emosi adalah reaksi kita terhadap sesuatu atau situasi. Reaksi ini gak terbatas dalam bentuk perasaan seperti yang selama ini kita ketahui.
Apa saja sih yang terjadi waktu kita mengalami emosi?
Emosi: Pengalaman Tiga Komponen
Ternyata saat kita mengalami emosi ada tiga hal yang terjadi lho, Co.Creators!
Pertama, adanya pengalaman subjektif. Emosi yang kita alami terhadap suatu kondisi atau peristiwa akan berbeda dengan orang lain karena masing-masing punya pengalaman yang berbeda. Ini membuat kita hampir mustahil memahami secara utuh kondisi emosi orang lain. Sebaliknya, orang lain juga gak bakal pernah bisa memahami kondisi emosi kita sepenuhnya. Misalnya, melewati jalan mungkin akan menimbulkan emosi yang biasa saja buat kita, tapi buat orang lain yang pernah melewati jalan itu dengan orang terkasih yang sudah gak ada, pasti beda cerita! Tentunya hal ini bakal menimbulkan emosi yang beda pada tiap orang.
Kedua, adanya respons fisiologis. Apa lagi nih respons fisiologis? Respons fisiologis adalah bagaimana fisik kita bereaksi saat mengalami emosi. Pernah merasa jantung berdebar kencang saat marah? Nah, itu salah satu contoh respons fisiologis. Respons ini sering kali terjadi di tubuh kita dan jarang disadari oleh orang lain.
Ketiga, adanya respons perilaku. Nah, setelah diawali pengalaman subjektif dan munculnya respons fisiologis, ketika kita mengalami emosi, kita juga akan memunculkan respons perilaku: bagaimana kita mengekspresikan emosi seperti tersenyum saat bahagia, merengut ketika sedih, mengernyit ketika jijik, dan masih banyak lagi.
Tiga komponen ini adalah satu kesatuan yang gak terpisahkan saat kita mengalami emosi. Jadi, emosi bukan cuma terbatas pada apa yang kita rasakan, tapi juga proses rumit dari sebuah pengalaman pribadi sampai respons kita terhadap sebuah situasi yang muncul. Wah, ternyata makna emosi gak sesederhana yang kita pahami selama ini, ya?
Baca juga:
Mengenali Stres Akibat Pandemi, Kamu yang Mana?
Membedakan Emosi, Mood, dan Perasaan
Terus, apa bedanya emosi dengan perasaan dan mood?
Berbeda dengan emosi yang proses munculnya kompleks dan punya titik awal (pengalaman subjektif), mood cenderung gak diawali oleh hal-hal tertentu dan lebih sederhana. Contohnya, emosi marah bisa muncul ketika ada yang memicu (diejek gendut, ada yang gak menepati janji, atau utang yang gak dibayar), sementara mood marah bisa muncul tanpa harus ada pemicu. Kamu pernah gak tiba-tiba ngerasa marah atau sedih tanpa alasan? Nah, itu adalah mood.
Sementara itu, perasaan atau yang sering kita sebut feeling sebenarnya merupakan bagian dari emosi. Perasaan adalah produk dari emosi. Ketika kita mengalami emosi marah, maka kita akan merasa kemarahan itu di dalam diri kita.
Jenis-jenis Emosi
Emosi terbagi menjadi dua, yaitu emosi dasar dan emosi kompleks. Emosi yang dianggap sebagai emosi dasar adalah emosi yang dapat dengan mudah dikenali dan muncul secara otomatis lewat ekspresi wajah yaitu bahagia, sedih, takut, marah, kaget, dan jijik.
Kalau begitu, emosi kompleks itu emosi yang gimana sih?
Emosi kompleks adalah emosi yang sulit dikenali melalui ekspresi wajah. Ekspresi yang muncul terhadap satu emosi itu juga bakalan berbeda di tiap orang karena adanya perbedaan kepribadian atau budaya. Perasaan duka, cemburu, penyesalan, benci, cinta, malu, iri, bersyukur, rasa bersalah, bangga, cemas merupakan contoh dari emosi kompleks. Emosi kompleks juga dipahami sebagai gabungan dari dua atau lebih emosi, misalnya yang dicontohkan oleh Asosiasi Psikologi Amerika: benci merupakan gabungan dari emosi marah, jijik, dan takut.
Adakah Emosi yang Positif?
Kita sering banget mendengar orang bilang emosi tertentu adalah emosi yang negatif atau positif. Sebenarnya, ada gak sih emosi positif dan negatif?
Ini kita sebut sebagai labelling. Emosi-emosi yang diyakini sebagai emosi buruk seperti marah dan sedih disebut sebagai emosi negatif. Sebaliknya, emosi yang diyakini sebagai emosi baik seperti bahagia disebut sebagai emosi positif. Padahal, semua itu adalah emosi yang mana sangat wajar dialami oleh manusia.
Mengatakan emosi tertentu sebagai emosi negatif bikin kita memandang emosi tersebut sebagai sesuatu yang gak boleh kita alami. Makanya, yang terjadi kemudian adalah kita menolak dan gak mau menerima saat mengalami emosi itu. Kita ngerasa marah adalah hal negatif sampai-sampai kita ngerasa gak boleh marah pada sesuatu yang sebenarnya memang membuat kita marah. Kita menganggap emosi sedih adalah hal yang gak baik sampai-sampai ketika kita mengalami emosi sedih kita berusaha menekannya ke alam bawah sadar supaya emosi itu gak muncul di permukaan. Padahal, semua emosi yang kita rasakan sudah sepatutnya diekspresikan. Tentu saja mengekspresikannya mesti dengan cara yang baik dan gak berlebihan. Menolak atau berusaha mengubur emosi gak bakalan bikin kita ngerasa lebih baik. Yang ada nih, emosi-emosi itu malah menumpuk dan bisa-bisa suatu saat nanti bakalan meledak!
Nah, selama berada di rumah, kalian sudah mengalami emosi apa saja? Ada gak sih emosi yang susah diekspresikan? Coba share yuk pendapat kamu di kolom komentar.
Comments ( 1 )