Katla (seorang Co.Creator) beserta suami dan anaknya pindah ke Sydney sejak pandemi. Di sana mereka punya privilese terkait finansial: gak perlu pusing biaya pendidikan anak dan berobat karena ditanggung pemerintah. Selain itu, ketika digabung, penghasilan Katla dan suami pun lebih dari cukup.
Sekilas, keluarga Katla tampak berkecukupan. Sayangnya, Katla salah satu contoh keluarga sandwich generation. Katla–dan juga suami–mesti menanggung biaya hidup orang tua dan mertua. Belum lagi, mertuanya punya utang yang cukup besar, dan setelah mereka memilih untuk melunasinya dengan mencicil akan lunas 5 tahun lagi.
Katla pun punya 2 impian: kepingin punya rumah sendiri karena biaya sewa hunian di Sydney mahal dan 2 tahun lagi mau menambah momongan. Namun, ketika anaknya lahir kelak, dia ingin jadi full-time mom.
Tentu saja Katla bertanya-tanya apakah impiannya bisa terwujud dengan kondisi finansial keluarga seperti yang dijabarkan di atas.
Nah, Katla berkesempatan berkonsultasi bareng QM Financial dalam Jenius Financial Workshop Co.Creation Week 2021 lalu. Kira-kira apa ya yang bisa Katla lakukan untuk menggapai impiannya? Yuk simak cerita Jenius Katla!
Baca juga: Hal yang Wajib Kamu Tau untuk Mulai Berinvestasi
Mencatat & mengatur cash flow
Setelah ditelisik, ternyata keluarga Katla gak terlalu apik dalam mengelola cash flow. Mereka merasa uang mereka “lenyap” begitu aja tanpa tau dipakai buat apa.
Di sini Katla harus lebih jeli lagi mengecek fitur Moneytory. Alangkah lebih baik bisa bikin catatan keuangan yang lebih detail bareng suami di sheet Excel.
Katla dan suami bisa mulai mencatat pengeluaran rutin mereka selama 1-2 bulan biar tau pengeluaran jelas dan akhirnya bisa mengalokasikan ulang anggaran mereka. Hal ini juga termasuk alokasi buat nabung dan pos dana shopping atau “hore-hore”.
Baca juga: Menentukan Prioritas Tujuan Finansial Buat si Lajang
Diskusi soal utang mertua
Langkah ini juga sangat penting buat Katla. Perlu dipikirkan masak-masak apakah rencana mencicil sampai 5 tahun merupakan keputusan bijak.
Katla sendiri punya dana darurat yang totalnya bisa langsung melunasi utang tersebut, sementara keputusan melunasi dengan mencicil terbit karena gak mau dana darurat yang sudah ada terpakai.
Katla, suami, dan mertua harus merundingkannya masak-masak karena skema pembayaran sampai 5 tahun bisa jadi memberatkan dengan adanya “bunga berbunga” kalau cuma bayar dengan minimum payment.
Apalagi Katla kepingin menambah anak 2 tahun lagi. Dengan kebutuhan yang bertambah, rasanya gak bijak jika belum stabil secara finansial, kan?
Baca juga: Keuangan dalam Pernikahan Perlu Strategi
Susun rencana keuangan
Ketika 2 poin di atas, langkah paling sakral adalah menyusun rencana keuangan. Jika poin 1 sudah dilakukan (buat cash flow bulanan), tinggal rutin mencatat cash flow biar bisa terbaca skema cash flow tahunannya.
Sementara itu, Katla juga harus berdiskusi dengan pasangan untuk tujuan finansial apa yang dirasa penting kalau memang sudah final ingin resign saat memiliki anak kedua.
Setelah tau apa saja tujuan finansialnya, Katla mesti membuat goal setting matrix (koridor waktu) agar tau kapan tujuan tersebut bisa terpenuhi. Jangan lupa juga untuk riset nominalnya, ya.
Berbagai pos tujuan finansial yang bisa Katla dan suami buat di antaranya adalah:
- dana darurat–yang idealnya 9 kali pengeluaran bulanan,
- dana beli rumah,
- dana lunasi utang mertua (jika memang harus ditanggung),
- asuransi jiwa (jika belum ada), dan
- pos pengeluaran lainnya yang dirasa penting.
Baca juga: Berutang: Bagian Rencana Keuangan yang Perlu Perhatian Ekstra
Dengan mengetahui rencana keuangan, Katla dan suami akan lebih terorganisir dalam melakukan pengeluaran dan lebih ketat mengawasi cash flow agar ketika punya anak kelak finansial mereka lebih stabil dibandingkan kondisi sekarang.
Terakhir, yang gak kalah penting adalah menghitung kebutuhan menabung atau investasi supaya lebih jelas pencapaian tujuan finansialnya. Katla bisa menghitung dari total pendapatan bersama sang suami, lalu petakan masing-masing pos pengeluaran sesuai prioritas untuk ditentukan rasionya.
Pelan-pelan, kondisi finansial keluarga Katla bakal makin membaik seiring jalannya waktu. Dan gak menutup kemungkinan lebih stabil finansialnya saat si buah hati lahir.
Baca juga: Tips Biar Kamu Gak Impulsif dalam Berbelanja
Wah, semoga cerita Katla bisa diambil intisarinya ya. Sampai ketemu di Seri Re-kreasi Finansial selanjutnya ya, Co.Creators!
Comments ( 0 )