Perhatian saya terpatri pada dua tagline yang mengusik: FuturEase dan Life Finance. Nama modern ini nyatanya merupakan benang merah sekaligus jawaban mengapa diskusi online dating jadi salah satu acara brand bidang keuangan.
Life finance bukan semata-mata kondisi keuangan yang—harapannya—sehat, tapi juga tersimpan keyakinan kalau semua kehidupan—baik isu lingkungan berkesinambungan, hubungan keluarga, kesehatan mental, bahkan online dating—sangat tergantung pada kondisi keuangan kita.
Maka, wajar kalau online dating dibicarakan oleh Jenius, dan bisa dipahami acara diawali dengan penjelasan produk baru oleh Adli Yunus (Digital Banking Product Lead, Bank SMBC Indonesia) yang bikin kepingin punya: Kartu Kredit Jenius. Desain kartunya indah, pun demikian dengan pelayanan yang ditawarkan.

Adli Yunus menerangkan fitur Jenius. (Sumber: Jenius Co.Create)
FuturEase yang jadi tema besar Co.Creation Week juga tampak sebagai dermaga ujung semua diskusi. Kalau life finance sehat, kita gak bakal jadi korban online dating, masa depan pun akan makin mudah. Ditarik jauh sebelum acara Sabtu (29/10) lalu, kehadiran Jenius yang mudah dan berbeda dengan bank-bank lain pun sudah memudahkan masa depan.
Baca juga: Ikut Jenius Conference untuk Melangkah Menuju Masa Depan Mudah
Tema obrolan pagi itu online dating, yang bisa dipastikan hampir semua dari kita pernah mencicipinya. Entah sebagai sekali pakai langsung kapok, active user, atau malah korban. Beragam tujuan seperti cari pasangan serius buat menikah (terbukti banyak berhasil), sekadar hook up, iseng-iseng berhadiah, atau mengisi waktu luang. Apa pun tujuannya, online dating jadi lumrah.
Sailormoney dengan meriah dan segar—rasa kantuk saat pagi seketika lenyap—memandu diskusi dengan pembicara Kei Savourie dan Sarra Tobing. Kei dikenal sebagai penulis buku sekaligus konsen perihal online dating. Sementara itu Sarra selain pembuat konten, juga konsultan online dating.
Pada awal pembicaraan, Kei menyampaikan ternyata korban penipuan (doxxing, scamming) cukup banyak, tapi ada juga yang berhasil sampai ke pernikahan. Online dating ini memang punya banyak kelebihan, antara lain sebagai berikut.
- Adanya kemudahan; sebelum ada online dating, bertemu orang harus secara langsung. “Swipe… swipe… swipe… sambil rebahan bisa match,” imbuh Kei.
- Online dating memangkas beberapa tahap basa-basi dalam pedekate. Dalam online dating kita baru bisa komunikasi hanya ketika sama-sama memiliki interest komunikasi bisa berlanjut tanpa harus berasumsi. “Begitu match (di dating apps), berarti sama-sama minat. Dan itu hanya ada di dating apps,” kata Kei.
- Kita bersua dengan orang yang berada di luar circle kita. Online dating memungkinkan kita bersua dengan orang baru. Ini memiliki potensi cara pandang kita berubah. Kalaupun gak jadi pasangan, kenalan kita makin luas.
Baca juga: Strategi Jenius Menangkan War Tiket Konser
Namun, online dating juga menyimpan sisi gelap, misalnya doxxing penyebaran informasi foto-foto pribadi, atau bahkan scamming yang merugikan secara finansial. Nah, ini yang dibahas dalam Jenius Talk ini.

Bahas tuntas tentang online dating di Co.Creation Week 2022. (Sumber: Jenius Co.Create)
Sayangnya, gak semua pengguna dating apps sadar ketika bermain. Bahkan beberapa terbuai oleh “halusinasi” dan “ilusi”, gampang baper, dan beberapa memiliki ekspektasi (terlalu) tinggi, seolah selepas match bisa langsung ke pelaminan. Seperti kata Kei, banyak yang menginginkan hal yang instan.
“The expectation is so high…” Ini yang menurut Kak Sarra menjadi masalah utama. Banyak yang merasa nyaman, asyik, dan seru ketika ngobrol di dating apps. Eh… ketika kopdar malah drop. Maka, kita mesti mengatur ekspektasi saat bermain dating apps; anggap saja lagi bermain dan jangan terlalu serius.
Selain itu, online dating juga memberi peluang untuk cepat bosan. “Mudah ghosting—mudah ketemu orang baru,” ujar Rei. Contohnya saat match kemudian ngobrol beberapa kali. Hingga lantas muncul sesuatu yang aneh atau kurang cocok. Misalnya kayak jawabnya lama, teksnya aneh, jokes-nya garing, dan lain-lain.
Baca juga: Solusi Jenius Semua Transaksi Selama Liburan di Rusia
Ketika kurang nyaman oleh hal (yang mungkin gak sengaja) ini, di sisi lain kita sudah match dengan user lain. Makanya sangat wajar ketika ada yang mengaku di-ghosting, kayaknya akrab tapi menghilang, dan sebagainya. Soalnya ada kemudahan menemukan user lain yang bisa match dengan kita.
Memasuki dating apps ibarat memasuki rimba: banyak banget pilihan. Bukan cuma pohon-pohon indah, tapi juga beberapa pohon berduri beracun dengan hewan-hewan buas mengintai. Maka, Kei dan Sarra memberi saran agar kita terhindar dari kerugian bertemu orang asing di dating apps. Highlight dari ak Sailormoney, bagaimanapun mereka tetaplah orang baru dan asing yang kita temui dari internet. Bukan teman kita yang sudah kita ketahui tetekbengek sejak orok.
“Yang bisa kita lakukan, at least, (memperhatikan) bio…!” Ini tips sederhana dari Sarra. Perhatikan biodata dari yang kita incar maupun yang sudah match. Dari sana sebenarnya kita sudah bisa menandai red flag yang harusnya big-nay, atau green flag yang bolehlah yay untuk saat ini.
Sarra memberi contoh kalau di biodata sudah tampak pamer prestasi, pamer pekerjaan, atau pamer studi harus dicurigai dia sekadar iming-iming pamer dan tujuannya menipu; glittering generalities. Mau dicoba boleh, tapi harus tetap waspada.
Baca juga: Remittance: Cara Jenius Kirim & Terima Mata Uang Asing
“Habis match, gunakan akal sehat. Jangan pernah kasih foto seksi. Jangan pernah kirim uang. Jangan pernah serius sebelum ketemuan.” Kerugian-kerugian yang muncul biasanya dimulai dari gelap mata dan kurang cermat dalam nalar. Kamu harus ingat yang kita ajak chatting itu tetap tetap virtual, tetap entitas yang mungki saja mereka comot dari Google fotonya, atau bahkan ambil di Instagram. So… tetap gunakan akal sehat ketika pakai dating apps.

Sarra Tobing menceritakan pengalamannya. (Sumber: Jenius Co.Create)
Tujuan dating apps diciptakan mungkin salah satunya untuk membantu mereka yang susah berkomunikasi dan menginginkan pasangan. Namun, jangan dimungkiri penggunaan dating apps itu macam-macam dan bahkan banyak yang sekadar buat main-main. Selain ekspektasi yang gak usah ketinggian dan tetap berakal sehat, kita juga harus pasang mindset bermain-main. Karena kita membuka dating apps ya pas lagi bosan.
Ada sebuah artikel dari BBC yang menyebutkan bahwa sebelum pandemi dating apps sudah begitu populer, dan ketika orang-orang dipaksa isolasi, penggunanya pun makin meledak.
Dalam artikel itu pun ditegaskan banyak sisi gelap dari kencan daring. Satu yang belum dibahas oleh BBC ialah emotional cost. Banyak pengguna yang merasa dianggap sebagai pekerja seks semata, belum lagi bullying secara verbal yang menguras emosi. Login ke dating apps harus cerdas. Kalau gak, waktu bakal terkuras, duit ludes, emosional jadi kacau balau.
Baca juga: Dalam Membaca Hanya Ada Kita dan Kata-Kata
Terakhir, saya ingin mengutip kata Kei: “Teknologi itu (seharusnya) memudahkan. Kamu memilihnya atau you left behind.”
Namun, mau yay atau nay, tetap harus memperhatikan term and condition. Selamat berselancar, semoga bisa match sama yang sesuai, ya.
Comments ( 0 )