Hi Kak! Semoga impian jadi Content Writer terlaksana, ya. Jadi ingat, diawali dari suka nulis fiksi, jadi editor fiksi, dan sekarang jadi Content Writer/Specialist. 😀
Love-hate relationship dengan menulis
Ketika duduk di bangku kelas 5 SD, aku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ada getaran-getaran di hatiku saat berjumpa dengan sosok itu.
Ia adalah kakak kelasku yang memiliki wajah rupawan dan termasuk pintar. Berbeda dengan aku si Upik Abu yang mengharapkan seorang pangeran.
Aku menyebutnya Mas Manis karena senyumannya sangat manis, dan kuyakin semut-semut bakal ikut terpesona saking manisnya senyum itu.
Sejak awal aku sadar cintaku pasti bertepuk sebelah tangan. Dan benar saja, Mas Manis malah “menembak” temanku sendiri.
Perasaanku saat itu sangat remuk. Namun, aku hanya bisa berusaha tegar. Bahkan aku mengucapkan selamat kepada temanku itu.
Selama menyimpan rasa pada Mas Manis, aku hanya mampu mengungkapkannya melalui tulisan.
Aku menuliskan kekagumanku pada lembaran-lembaran buku harian berkover hijau.
Kemudian, suatu hari sebuah bencana datang. Ibu dan kakakku sengaja membaca diari kebanggaanku itu!
Rasa malu, marah, sakit hati… semua bercampur aduk. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk gak menulis diari lagi.
Aku pun menepati janjiku dan gak pernah sekali pun berniat “menyentuh” diari hingga kini.
Hal itu juga membuatku begitu membenci seluruh kegiatan yang berbau menulis.
Baca juga: #langkahkecilhariini Dari Wanita Karier Jadi Ibu Rumah Tangga Pengrajin Makrame
Laptop datang, rindu menulis pun menyerang
Perkembangan teknologi yang cepat membawaku pada perubahan. Sebelumnya, aku bersahabat karib dengan komputer usang di warnet—warung internet—depan sekolah.
Saat menginjak akhir masa SMA sekitar tahun 2013, orang tuaku memberikan sebuah laptop untukku.
Hal ini untuk mempermudahku mengerjakan tugas yang lebih sering diketik. Pada tahun bersamaan, seorang teman mengajakku terlibat dalam proyek LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah).
Ia memang sangat memercayaiku karena kami tergabung dalam KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Mau gak mau, aku membantunya menyusun karya tulis. Yah, meski aku tau kemampuan dan rasa benciku akan menulis masih menggebu-gebu.
Jelas saja, kami gak menang. Kami hanya dianugerahi sertifikat fisik sebagai bukti keikutsertaan alias peserta.
Benar kata orang, “Pengalaman adalah harta paling berharga.” Berkat peristiwa yang sekejap itu, rasa sukaku terhadap dunia kepenulisan hinggap ke benakku.
Baca juga: #langkahkecilhariini Mempersiapkan Diri Menuju Kampus Impian
Berprestasi sekaligus menempa diri
Ketika berganti gelar jadi seorang mahasiswa, minatku di bidang kepenulisan makin tinggi. Aku mendaftarkan diri di organisasi riset dan karya ilmiah di kampus.
Aku pun mulai terbiasa menulis, bahkan sering ikut kompetisi menulis untuk melihat sejauh mana kemampuan diri.
Awalnya, aku ikut PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diadakan Kemendikbud. Tujuannya hanyalah sebuah keharusan bagi penerima salah satu beasiswa pendidikan termasuk diriku.
Gak disangka, aku dan tim malah lolos pendanaan. Dari sanalah rasa adiktif akan dunia perlombaan menulis makin meluap.
Sudah 4 kali aku dan kelompok didanai riset PKM. Selanjutnya ada sekian kali meraih trofi di bidang kepenulisan karya ilmiah dan business plan.
Semua itu tentu saja hadir karena dengan misi membanggakan almamater sendiri: Universitas Brawijaya.
Baca juga: #langkahkecilhariini Dari 20.000 Rupiah Hingga ke Korea Selatan
Tertatih untuk berlatih
Perjuanganku dalam menulis tentunya gak gampang. Dulu yang aku tau menulis hanyalah mengungkapkan isi pikiran dalam bentuk kata-kata.
Namun, makin ke sini kekeliruan itu makin kupatahkan. Sebab menulis itu gak hanya memilih kata (diksi) yang indah jadi puisi, menyusun alur cerita seperti novel, maupun ucapan lugas layaknya penulisan berita langsung.
Nyatanya, menulis tuh ada banyak jenisnya. Gak serta merta gaya kepenulisan yang satu cocok untuk digunakan pada seluruh jenis tulisan.
Misalnya, ketika ingin mengungkapkan perjuangan tokoh hebat (human interest), akan lebih enak dibaca jika seorang penulis memakai teknik storytelling.
Ataupun ketika menulis artikel populer, disarankan menghindari penggunaan data-data yang terlalu membingungkan pembaca. Dan masih banyak lainnya…
Karena itulah, aku berupaya untuk selalu belajar metode penulisan yang beragam. Aku berpikir untuk mengikuti webinar, group discussion, sampai kelas interaktif. Memang ada beberapa yang gratis, tapi tetap saja perlu “modal” untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, apalagi untuk kelas advanced.
Di situlah aku menggunakan Flexi Saver dari Jenius untuk menabung. Aku mengategorikan 1 kantong khusus untuk kegiatan kepenulisan tersebut. Saat menang dan dapat uang saku, aku coba sisihkan di sana.
Meski kecil, tapi aku yakin langkahku untuk menyisihkan uang tersebut sudah tepat. Karena gak pernah ada yang tau kapan aku memerlukannya, kan?
Layanan penyedia kursus menulis pun telah kucoba. Aku juga pernah diberi kesempatan jadi satu dari 250 orang terpilih untuk mengikuti Kelas Teknik Penulisan SEO, Program Digitalent KOMINFO bersama Tempo Institute.
Dari sanalah, aku mengetahui program magang di salah satu instansi media jurnalistik terbaik, yaitu Tempo.co.
Sebelumnya, aku pernah magang selama 4-5 bulan di startup lingkungan, LindungiHutan, yang mana jadi Content Writer.
Bahkan tulisanku sempat di-notice beberapa artis di Instagram, salah satunya adalah Nadya Hutagalung.
Baca juga: #langkahkecilhariini Jadi Content Creator Ala Ibu Rumah Tangga Bareng Jenius
Mewujudkan impian menjadi Content Writer
Beberapa kali aku mengikuti tes minat bakat, tes kepribadian, dan tes psikologi lainnya. Hasilnya selalu menunjukkan kecenderungan pada potensi menjadi penulis karena aku punya karakter yang melankolis.
Oleh sebab itu, aku memantapkan diri untuk mulai menata masa depan sedikit demi sedikit untuk menjadi Content Writer profesional.
Mewujudkan impian tersebut tentu gak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bukanlah hal mustahil untuk dilaksanakan. Ya, kan?
Namun, #langkahkecilhariini yang kamu lakukan bisa menentukan sejauh mana kamu dengan impian kamu.
Seperti aku yang gak terasa telah melangkah, meski kecil, untuk jadi seorang Content Writer.
*) Artikel ini merupakan pemenang Kompetisi Blog yang diadakan
Jenius Co.Create X KongkowNulis
Comments ( 5 )