Turut serta dalam Race Pocari Sweat Run Indonesia 2023 di Bandung adalah momen yang paling saya tunggu. Dapat dibilang saya sudah mengenal olahraga lari sedari dahulu pada tahun 2013, akan tetapi baru rutin berlari dan mengenal dunia pelarian lebih mendalam sejak tahun 2020. Ya, tahun 2020 merupakan masa kelam seluruh negara dimana dunia mengalami pandemi covid-19. Akibat fenomena tersebut tidak sedikit elemen masyarakat yang tersadarkan akan pentingnya kesehatan dan mencari alternatif olahraga sederhana untuk menjaga kebugaran tubuh, salah satunya yaitu berlari. Mungkin, saya adalah salah satu orang yang semakin tersadarkan untuk rutin berolahraga lari semenjak masa kelam pandemi. Dengan demikian saya pun bisa dipanggil atau dijuluki “Pelari Pandemi”. Baru memulai rutin berlari sejak 2020 dan bergabung dengan komunitas lari di kota kelahiran pada tahun 2021, menjadi sebab saya belum memiliki banyak pengalaman mengikuti Race bergengsi seperti Pocari Sweat Run Indonesia 2023. Race Pocari Sweat Run Indonesia selalu disebut-sebut oleh beberapa kolega saya di komunitas sebagai salah satu Race yang wajib diikuti setiap tahunnya. Atas dasar rasa keinginan dan excited yang besar, saya niatkan untuk mengikuti Race tersebut di Bandung. Akan tetapi sangat disayangkan pada tahun 2021 dan 2022 saya belum bisa mengikuti Race secara offline, jadi saya ambil keputusan untuk meramaikan melalui Virtual Run saja. Keinginan kuat untuk ikut Race Offline di Bandung masih sangat membara. Kemudian pada akhir tahun 2022 kesempatan itu datang, registrasi peserta Race Pocari Sweat Run Indonesia 2023 berhasil saya peroleh dengan kategori Half Marathon. Betapa excited-nya saya pada saat itu dan semakin rajin latihan berlari untuk memperoleh personal best di kota kembang.
Race Half Marathon ini sebenarnya bukan yang pertama kali bagi saya. Pertama kali Race HM yaitu pada Pocari Sweat Run Indonesia 2022 yang saya ikuti secara virtual dengan catatan waktu 02:37:17. Race HM kedua saya ikuti di kawasan Sentul dengan catatan waktu 02:18:28. Saya bertekad untuk improvisasi pada setiap Race yang saya ikuti. Begitu juga pada Race HM ketiga ini yang saya targetkan untuk memperoleh personal best, ditambah lagi dengan euforia para pelari yang membuat saya semakin semangat menorehkan catatan terbaik pada 30 Juli 2023 di Bandung. Program latihan pun saya jalani walaupun pada realisasinya tidak sesuai rencana yang sudah diprogramkan. Euforia menuju Race semakin terasa ditambah dengan adanya kolaborasi kegiatan lari rutin komunitas dengan Jenius di salah satu hari Sabtu pada bulan Mei 2023. Social run 5K pada saat itu mengusung tema #LariBarengJenius Road to Pocari Sweat Run Indonesia 2023. Lari bareng jenius menambah euforia dan ketidaksabaran saya untuk Race HM nanti. Jersey jenius berwarna biru yang teman-teman komunitas kenakan, memberikan kesan keseruan Race yang ditunggu-tunggu akan segera tiba.
Memasuki bulan Juni saya mulai giat latihan rutin mengacu pada Training Plan Series 21K yang dishare oleh akun resmi @pocarisportid. Satu bulan pertama saya menjalani program latihan terasa sangat berat dalam hal disiplin. Ada kalanya saya kalah dengan ego pribadi, sehingga latihan lari hanya berdasarkan mood pada saat itu. Hal tersebut tidak saya benarkan dan tidak saya anjurkan kepada siapapun, dan memang betul yang paling susah dijalani yaitu disiplin dan konsistensi. Sadar akan program yang berantakan pada satu bulan pertama, coba saya perbaiki di bulan berikutnya yaitu Juli. Program latihan yang saya jalani memang bukan atas arahan seorang coach atau professional lainnya, akan tetapi saya yakin dengan bekal pengetahuan yang saya miliki program latihan ini akan bermanfaat. Terlebih lagi saya merasa sangat beruntung karena memiliki teman-teman di komunitas yang sangat mendukung saya untuk menjadi lebih baik dan disiplin menjalankan latihan. Program latihan tidak selalu berjalan mulus setiap harinya. Menurut saya pribadi godaan terbesar yaitu pada sesi Strength Training, Fartlek, dan Cross Training. Yup betul, godaan untuk skip alias tidak dilakukan. Godaan tersebut tentunya tidak saya turuti, melainkan terus saya lawan karena saya sadar ada hal yang ingin saya tuju yaitu Personal Best di Pocari Sweat Run Indonesia 2023. Dengan metode hitungan mundur 3, 2, 1 saya bergegas melakukan latihan sebagaimana yang sudah terjadwal.
Malapetaka menimpa saya ketika 7 hari sebelum Race berlangsung. Telapak kaki kiri saya mengalami blister yang cukup parah dengan ukuran yang cukup besar. Merasa tidak nyaman untuk berlari dalam kondisi tersebut, saya melakukan tindakan ceroboh yang mungkin tidak akan dilakukan teman-teman pelari diluar sana. Luka blister berupa lapisan epidermis kulit yang mengembang tersebut saya sobek dengan harapan luka akan cepat mengering. Tindakan ceroboh tersebut akibat minimnya pengetahuan saya untuk menangani cidera akibat lari seperti halnya blister pada telapak kaki. Alih-alih ingin cepat sembuh, luka malah menjadi semakin parah dan tidak kunjung pulih. Alhasil 6 hari menjelang Race saya tidak bisa latihan berlari ataupun tapering week. “Jalan kaki pun sulit apalagi berlari”, ucap saya dalam hati. Berbagai cara pengobatan coba dilakukan dengan sabar dan sampailah saya pada titik pesimis, kecewa, khawatir, dan sedih yang bercampur aduk. Latihan yang sudah saya jalani dengan sungguh-sungguh bisa jadi omong kosong apabila saat hari H nanti kondisi kaki masih cidera seperti ini. Akhirnya dengan rasa penuh kesabaran dan keyakinan yang kembali tumbuh, proses pemulihan paling efektif terus saya aplikasikan. Dengan kondisi kaki yang tidak memungkinkan saya untuk berlari, saya tetap berinisiatif untuk latihan strength training pada sela-sela hari menjelang Race. Tepatnya pada hari Jumat yaitu H-2 Race berlangsung, optimisme itu kembali menyala sebab saya yakin cidera ini sudah pulih dan saya bisa untuk berlari. Walaupun 2 hari tersisa menjelang Race, saya masih belum berani untuk latihan seadanya hanya untuk menguji kesanggupan kaki ini berlari. Tentunya sikap seperti itu salah, tapi apa daya, kembali ego dalam diri ini berkata untuk tetap yakin pada hari H saya akan bisa berlari dengan normal.
Tiba saatnya di hari pengambilan Race Pack. Ditemani sepupu saya yang juga mengikuti Race pada kategori 10K, kami mengambil race pack pada hari sabtu pagi yang disambut udara sejuk Kota Kembang. Terlihat antusias yang sangat luar biasa dari para pelari seluruh penjuru negeri yang datang pada saat itu. Semangat, optimis, khawatir, dan gugup semua bercampur jadi satu disaat yang bersamaan. Tidak berhenti saya berdecak kagum dengan kemegahan Race Pack Collection venue yang di fasilitasi panitia. Sungguh saya mulai merasakan ini adalah hari hajatnya para pelari. Sedari war online pendaftaran slot lari saya yakin Race ini akan berbeda dari Race lainnya, pengalaman yang ditawarkan pasti akan jauh lebih berkesan. Jadi wajar saja apabila diri ini sangat serius mempersiapkan performa tubuh saat latihan, sungguh jiwa raga ini ingin mengukir catatan perdana terbaik dihadapan Gedung Sate.
Satu kali tidur lagi Race ini akan ku tempuh. Terkadang karena excited yang tidak bisa terbendung, memejamkan mata pun akan terasa sulit. Jam menunjukan pukul 03.00 dini hari, saya segera bergegas bersiap menemui start line yang sudah menunggu dari hari kemarin. Belajar dari pengalaman yang terjadi, beberapa titik di telapak kaki saya lapisi dengan plester dan olesan jelly. Bukan tanpa alasan, tentunya hal tersebut dilakukan untuk mencegah blister dan melindungi luka yang baru saja pulih beberapa hari yang lalu. Jadwal flag-off kategori HM tertulis pukul 05.30, satu jam sebelumnya saya sudah sampai di area Race venue untuk menunaikan ibadah subuh. Lagi-lagi melihat keramaian para pelari yang sedang bersiap mengaspal digelapnya pagi membuat diri ini gugup dan excited yang bersatu padu. Lautan warna biru menghiasi kawasan Gedung Sate mengingatkan saya keseruan lari bareng jenius pada beberapa bulan lalu. Hingga tibanya saya memasuki start line yang sudah dipenuhi pelari-pelari kategori HM. Untungnya pada saat itu keutamaan sebelum lari yang wajib dilakukan sudah saya laksanakan yaitu warming-up. Beberapa menit sebelum flag-off, jantung ini terus berdegup kencang dipenuhi kecemasan. “Apakah saya akan bisa menyelesaikan Race ini dengan lancar? Tanpa cidera? Ataukah saya akan memberikan personal best HM?”, ucap saya dalam hati. Master of Ceremony pada saat itu adalah Koh Daniel Mananta dan Teh Melanie Putria yang terus saling berteriak memberikan semangat kepada runners yang sudah memadati starting line. Keriuhan dalam hati ini ketika sirna berubah menjadi semangat yang meledak-ledak selepas Koh Daniel berteriak “This is the day you’ve been waiting for! Trust your training, Runners!”, sungguh seruan itu membangkitkan emosi optimisme saya untuk menorehkan personal best HM kali ini.
Tepat pukul 05.30 bendera dikibarkan yang menandakan flag-off-nya Race kategori Half Marathon Pocari Sweat Run Indonesia 2023. Saat itu fajar mentari belum memancarkan sinarnya, menjadi tantangan tersendiri berlari selap-selip diantara kerumunan pelari ditambah lagi keberadaan cone yang tidak dapat diprediksi akibat gelap dan crowdednya pada KM 1-2.
Mulai KM 3 posisi lari yang nyaman sudah saya peroleh dan ritme lari mulai saya bentuk agar tidak over pacing ataupun under pacing. Udara pagi Kota Bandung yang lembut dan sejuk menyapa saya dan kawanan pelari di KM 5 tepatnya di Flyover Kiara Condong. Benar kata orang-orang saat itu Bandung sedang dingin-dinginnya mencapai ±19 °C, angin berhembus seolah-olah memberikan cheering semangat yang dinikmati oleh siapapun dari atas Flyover.
Sebenarnya saya sudah membuat target waktu pada setiap kelipatan 5 KM, tapi bukan untuk mengejar sub 2 jam. Saya sadar akan kemampuan saya, karena merasa belum sanggup untuk sub 2 jam, saya memilih untuk “listen to your body” dan tentunya “safe running”. Oleh karena itu, saya menargetkan waktu realistis saja sesuai dengan fitness level pribadi. 5 KM pertama saya tempuh dengan waktu 26:59 yang dimana memenuhi target yaitu 30:00. Kelipatan 5 KM berikutnya yaitu KM 10 saya tempuh dalam waktu 55:07 yang dimana kondisi tubuh masih prima dan target waktu yaitu 1 jam terpenuhi. Menuju KM 15, mulai terasa sapaan manis dari elevasi yang menguncang kestabilan pace. Target waktu 15 KM yaitu 01:30:00 berhasil saya tempuh 01:24:24, betapa bahagianya saat itu dan optimis PB semakin menjadi. Seperempat perjalanan lagi akan ditempuh, fluktuasi elevasi terus terjadi pada KM kritis ini. Badan mulai terasa letih, pace mulai menurun, dan saya hanya bisa mengusahakannya dengan menjaga hidrasi serta memanfaatkan tenaga dari energy gel yang saya minum di KM 12. Cheering dari warga sekitar, teteh-teteh marshall, dan keberadaan akang-akang fotografer yang para pelari lalui memberikan energi tersendiri untuk saya agar tetap tersenyum menikmati keletihan raga di KM kritis ini.
Sampailah saya di KM 20-21 yang memotivasi para pelari untuk last push menarik kemampuan dirinya lebih jauh lagi sampai finisih line. Tak disangka 20 KM saya tempuh dengan waktu 01:54:42, sangat memenuhi target awal yaitu 2 jam. Hati dan pikiran ini terus memacu untuk last push di KM terakhir. Namun apadaya ternyata rute menuju finish line memiliki elevasi yang paling tinggi pada rute HM ini, sehingga kaki dan nafas pun sudah sepakat enggan berkeinginan melaju lebih cepat lagi. Beberapa ratus meter sebelum finish, jalanan sudah dipenuhi berbagai komunitas yang memberikan semangat kepada pelari untuk terus bergerak sampai titik penghabisan. Tidak lupa saya pun menyapa dan diberikan semangat hangat oleh komunitas lari kota kelahiran tercinta. Sorakan bahagia dan semangat itu menyuntikan ambisi untuk finish strong di hadapan Gedung Sate dan warga Bandung. Alhamdulillah sampai akhirnya saya melewati finish line! Dengan jiwa yang bersuka cita dan wajah yang sumringah menandakan diri ini Finisih Strong dan Finish Happy! Tentunya sesuai dengan ambisi awal serta kehendak Tuhan YME, saya menorehkan Personal Best untuk kategori HM di Pocari Sweat Indonesia 2023, dengan catatan waktu 02:03:09!!! Betapa bahagianya saat itu tidak lupa saya ucapkan rasa syukur yang tiada henti kepada Sang Pencipta. Terimakasih sudah diberikan kekuatan, kelancaran, dan kebahagiaan pada Race kali ini, sungguh saya sangat bersyukur.
Hampir beberapa kali saya merenung selepas pemberian medali dan refreshment, “Wow, kok bisa ya gw memperoleh PB diluar dugaan?” “Kenapa bisa ya?”, banyak beberapa pertanyaan serupa terbesit di benak saya. Akan tetapi saya yakin, hasil ini bukan semata-mata keberuntungan saja. Saya yakin ini adalah buah manis dari perjuangan dan perjalanan saya berlatih beberapa waktu belakang ini. Begitu pula saya yakin ini adalah tanda bahwa saya begitu menikmati olahraga lari dengan hati. Walaupun belum bisa menorehkan catatan waktu pada sub 2 jam, Apakah saya senang? Tentu senang, Apakah saya bangga? Sangat bangga. Sebab menurut saya berlari bukanlah siapa yang paling cepat, bukanlah tentang saya melawan pelari-pelari lain, tetapi tentang saya melawan diri saya sendiri. Saya akan terus melakukan improvisasi kedepannya untuk diri saya yang lebih baik lagi. Be better tomorrow.