Dalam event Co.Creation Week tahun ini, Jenius mempersiapkan beberapa conference dengan tema terkini untuk teman Jenius: FuturEase.
Setiap conference dilakukan secara offline dan online sehingga bisa disaksikan di mana saja oleh teman Jenius.
Conference pertama berlangsung pada Jumat, tanggal 28 Oktober 2022, menghadirkan narasumber Adrianto Djokosoetono S.T, MBA yang merupakan Vice President Director PT Bluebird Tbk dan juga Prita Ghozie selaku Principal Consultant & CEO ZAP Finance, dengan mengangkat tema resesi Indonesia yang sedang hangat diperbincangkan saat ini.
Berbagai pandangan terkait resesi ramai menghiasi ranah publik. Mulai dari pemerintah, financial influencer, hingga masyarakat memberikan pendapatnya terkait isu global ini.
Baca juga: Dari Wanita Karier Jadi Ibu Rumah Tangga Pengrajin Makrame
Sayangnya, banyaknya informasi yang beredar di masyarakat lebih terkesan seperti menakut-nakuti, sehingga banyak yang merasa terintimidasi dengan berita adanya resesi di tahun depan.
Gambaran masa depan yang gelap gulita, pertumbuhan ekonomi yang belum stabil, meningkatnya gelombang PHK, dan ancaman varian terbaru dari COVID-19 semakin membuat ketar-ketir hati banyak orang.

Sumber foto: Double Tape
Jenius memahami, bahwa untuk menghadapi kemungkinan resesi, terlebih dahulu kita sebagai masyarakat harus menyiapkan diri dengan pemahaman terbaik. Untuk itulah sesi conference ini diadakan.
Resesi diartikan sebagai sebuah keadaan saat perputaran ekonomi suatu negara memburuk, berlangsung untuk waktu yang cukup lama akibat dari pertumbuhan produk domestik bruto yang terus mengalami penurunan dalam setiap kuartal.
Banyak hal yang menjadi penyebab dari timbulnya resesi pada suatu negara, salah satunya inflasi yang kemudian ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan.
Baca juga: Pengaruh Digital Presence dalam Mengembangkan Bisnis
Menurut Prita Ghozie, bangsa Indonesia sejatinya sudah teruji dengan krisis dan resesi. Mulai dari tahun 1998, 2008, 2020 hinga saat ini, dan ternyata kita mampu untuk melewatinya.
“Living the presence and prepare for the future” adalah hal yang harus kita lakukan. Untuk menjaga agar aktivitas ekonomi terus berjalan, kita harus melakukan kegiatan jual beli, terutama untuk industri rumahan, produk UMKM, atau usaha kuliner milik teman dan tetangga.

Sumber foto: Double Tape
Kemudian kita juga harus menahan diri biar gak membelanjakan uang pada produk luxury ataupun produk-produk yang gak diperlukan.
Meskipun kata resesi menjadi momok bagi sebagian orang, kita harus tetap tenang dan jangan panik. Prita Ghozie pun memberikan tips untuk menghadapi krisis ini, seperti:
- mulai hidup hemat dengan membeli yang diperlukan saja;
- segera melunasi utang konsumtif (jika punya);
- menyiapkan dana darurat;
- menambah pendapatan;
- mengelola keuangan dengan efektif; serta
- menabung dan berinvestasi.
Baca juga: Menerawang Masa Depan Sampah Plastik di Indonesia
Saat menghadapi resesi, menurut Prita Ghozie, cash is a king. Penting bagi masyarakat memiliki aset likuid yang mudah untuk dicairkan ketika dibutuhkan. Misalnya saat sakit atau mengalami PHK dan lainnya. Selain itu, penting juga untuk memiliki empati kepada sesama dan bijak dalam mengonsumsi suatu barang.
Sedangkan menurut Adrianto, saat krisis dan resesi masyarakat tetap harus jeli dalam melihat peluang usaha. Sejatinya, selalu ada peluang dalam setiap kesempatan. Namun, meskipun begitu, masyarakat tetap harus jeli dalam membaca peluang, memahami kondisi diri, dan menghindari FOMO (fear of missing out) seperti ikut-ikutan buka usaha coffee shop di tengah menjamurnya bisnis kopi saat ini.

Sumber foto: Double Tape
Meski berada dalam resesi, penting bagi masyarakat untuk tetap mulai berinvestasi demi masa depan. Tentunya setelah badai resesi berakhir, kita tetap harus melanjutkan hidup, bukan?
Berbicara tentang investasi bukan hanya tentang uang, tapi juga ilmu. Makanya, sebelum berinvestasi, penting untuk memperhatikan beberapa hal terlebih dahulu, seperti:
- menentukan tujuan finansial;
- mengurangi utang dengan bunga tinggi; dan
- sudah memiliki dana darurat.
Baca juga: Cara Jenius Jaga Bumi dari Limbah Fesyen
Saat mulai berinvestasi, pahami terlebih dahulu profil risiko, mengerti tentang produk investasi, dan mulai dengan modal yang ada (idle money). Jangan dipaksakan ya, Co.Creators!
Ingat, financial independence itu adalah orang yang gak membuat orang tua sebagai dana darurat anak sebagai dana pensiun, ataupun teman dan saudara dijadikan jaminan paylater.
Yuk, konsisten mencapai tujuan finansial! Semuanya memang gak ada yang instan; butuh proses. Kamu pun beruntung sebagai teman Jenius karena semua kebutuhan dalam menghadapi resesi bisa dipenuhi.

Sumber foto: Double Tape
Tersedia fitur Maxi Saver sebagai penyimpanan dana darurat, mulai dari Rp10 juta, serta bisa menentukan tenor yang dibutuhkan. Selain itu, ada juga tabungan USD dan beberapa Mata Uang Asing lainnya.
Untuk investasi, tersedia fitur Reksa Dana yang bisa dimulai dari Rp100 ribu. Komplet, kan? Jadi, tetap tenang selama menghadapi potensi resesi yang ada, persiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dan jangan lupa aktifkan tabungan Jenius untuk membantu tujuan keuangan kamu!
Comments ( 0 )