Hai Co.Creators! Tech Monday Updates kali ini bahas mengenai Emily di drama seri Emily in Paris, yuk! Yup, dia adalah perempuan muda berusia 20-an yang tinggal di salah satu kota besar di Amerika Serikat. Dia bekerja di sebuah agen pemasaran digital yang dipimpin oleh Madeline (bosnya). Untuk mengembangkan usaha, perusahaan tempat Emily bekerja membeli sebuah agen pemasaran yang berada di Paris bernama Savoir. Agensi itu terkenal suka memasarkan barang-barang mewah.
Untuk bisa memantau dan melihat langsung kultur agensi yang berada di Paris tersebut, awalnya Madeline yang semestinya pindah ke Paris. Sayangnya, beliau baru mengetahui bahwa dirinya hamil dan tidak bisa pindah ke Paris. Alhasil, Madeline mengirim Emily ke Paris untuk menggantikannya. Penugasan ini cukup berat buat Emily karena ada kendala bahasa dan budaya. Saat Emily tiba di agensi yg ada di Paris tersebut, banyak karyawan yang menyepelekannya. Lantas, apa saja hal positif yang bisa kita ambil dari Emily si Anak Digital Agensi ini?
1. Mulai Dengan Langkah Kecil
Emily sangat menyukai Paris. Setibanya di apartemennya di Paris, Emily membuat sebuah akun Instagram, langkah awal perjalanan kariernya selama di Paris. Akun Instagram ini awalnya diikuti oleh 48 followers, akan tetapi Emily tetap konsisten dalam mengunggah konten-konten kehidupannya selama di Paris. Gak sembarangan konten, Emily memilih membagikan momen-momen bahagia dan berbagai keindahan Paris, serta kesehariannya selama di Paris. Honest content ini membuatnya banyak dilihat dan di-repost oleh kalangan influencer di Prancis. Berkat honest content di Instagram-nya ini, Emily akhirnya menjadi salah satu influencer yang cukup diperhitungkan di Paris. Juga mengantarkannya bertemu dengan berbagai klien baru untuk Savoir (agensi tempatnya bekerja).
2. Harus Berani Memberikan Perspektif Baru
Emily sadar bahwa dia belum memiliki pengalaman dalam menangani social media branding untuk barang-barang mewah. Pengalaman yang dia miliki hanyalah sebagai seorang Campaign Manager untuk sebuah program meditasi pengobatan dan obat-obatan di Amerika Serikat. Minimnya pengalaman gak bikin Emily menyerah. Dia selalu punya ide-ide segar yang membuat kliennya tertarik, salah satunya adalah saat dia memegang klien parfum. Dia memberikan gagasan campaign “Sexy or Sexiest?” di akun Twitter parfum tersebut. Campaign tersebut memang cukup kontroversial, tapi tetap diterima dan disukai oleh kliennya.
Nah itu tadi 2 hal positif yang bisa kita contoh dari Emily dalam Emily in Paris. Menurut kamu, apa lagi nih yang bisa dicontoh dari Emily? Yang sudah nonton seriesnya, kasih tau yuk di kolom komentar!