Jenius SMBC Indonesia: jawaban semua kebutuhan peronal dan profesionalku!
Teringat pesan orang tua zaman dahulu, “Uang tuh gak ada saudaranya…” Hal itu jadi pengingat kepada kita bahwa banyak masalah baik yang menyangkut kenalan, teman, bahkan keluarga yang dapat bersumber dari satu perkara: uang. Dengan kata lain, bijak memperlakukannya saat ini dapat meminimalisasi masalah ke depannya. Sebaliknya, gak bijak memperlakukannya, bisa saja berakhir gak menyenangkan, baik kepada kita sendiri maupun orang lain di sekitar kita.
Sebagai pencinta traveling, orang yang aktif berorganisasi, dan sedang serius merintis start up di bidang hospitality, aktivitasku kerap kali padat merayap. Bahkan terkadang, aktivitas tersebut menuntut ku untuk bermobilitas tinggi dan jauh hingga ke luar negeri. Hal ini membuat kebutuhanku akan wadah penyimpanan uang yang fleksibel, reliable, aman, dan tentu saja mengerti kebutuhan aku baik yang sifatnya personal maupun profesional, menjadi hal yang gak bisa terelakkan lagi.
Sayangnya, gak semua perbankan di Indonesia—kalau gak semuanya—memiliki fitur kartu debit yang mampu memahami kebutuhanku itu. Adapun kartu kredit yang mampu memberikan keleluasaan untuk bertransaksi apa pun, kapan pun, dan di mana pun, di samping memiliki keleluasaan yang melenakan, juga memiliki batasan yang sangat mengganggu.
Katakanlah aku yang suka traveling, untuk dapat memburu tiket murah, harus punya alat transaksi yang memungkinkan aku membayar secara cepat, aman, dan sesuai dengan kemampuan. Semua ini belum diakomodasi oleh perbankan penyedia kartu debit di Indonesia. Sementara kartu kredit, selain cenderung membuat pengeluaran kurang terkontrol, ambang batasnya pun mengganggu khususnya saat aku hendak membeli barang seharga di atas ambang batas seperti saat aku hendak membeli tiket pesawat ke benua lain seperti Amerika Serikat.
Karenanya, pada pertengahan 2019 ketika hendak ngopi di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, aku senang saat ada mas-mas dan mbak-mbak berperawakan khas milenial berbaju ungu mendatangi aku dan memperkenalkan http://www.jenius.com. “Bisa untuk transaksi online di marketplace mana pun, baik nasional maupun internasional… bahkan, bisa untuk bayar MRT di luar negeri cukup dengan sekali tap,” jelasnya.
Aku diam sejenak mendapati fakta bahwa ada kartu sekeren ini di Indonesia. “Wah, ini lebih canggih dari kartu debit aku yang dikeluarkan oleh salah satu perbankan terbesar di Amerika dong, Mas!” ujar aku saat itu yang masih pengguna kartu debit dan kartu kredit salah satu perbankan terkemuka dari negeri Paman Sam tersebut.
Dalam pada itu, aku merasa lega sekali. Zaman seperti sekarang, transaksi daring mulai menjadi kebutuhan primer masyarakat khususnya milenial seperti aku. Dan fakta bahwa ada kartu debit yang mengerti lebih dari yang aku butuhkan, adalah anugerah tersendiri bagi aku pribadi.
Alhasil, saat melakukan perjalanan ke Singapura di awal 2020, aku bergantung sekali pada Jenius. Dari proses membeli tiket pesawat dan akomodasi selama di Singapura langsung di depan komputer tanpa harus ribet-ribet ke convenience store atau ATM layaknya yang sudah-sudah, hingga tourist pass, semua menggunakan Jenius. Dan di situlah aku mengalami sendiri betapa Jenius adalah kartu paling Jenius yang pernah aku miliki dan pakai. Satu kalimat dari aku: Jenius adalah kartu debit rasa kartu kredit gaya unlimited tapi tetap sesuai budget.
Sementara fitur Moneytory yang berfungsi untuk memonitor pemasukan dan pengeluaran kita, juga sangat membantu dalam mengerem pengeluaran yang terkadang susah untuk dikontrol. Layaknya kalangan milenial pada umumnya, “penyakit” terburuk yang aku miliki adalah kesulitan untuk mengontrol pengeluaran. Sebab biasanya yang ada di benak aku, “Ah, masih ada duit… masih sisa segini…” Lalu akhirnya tanpa berpikir sudah berapa banyak yang aku habiskan untuk kebutuhan tersier aku?
Apakah hanya sampai di situ saja ke-Jenius-an si Jenius? Oh tentu saja tidak, Ferguso! Pertengahan September 2020, saat aku rapat dengan teman-teman di organisasi Mata Garuda, komunitas penerima beasiswa dari lembaga ternama di Indonesia, teman-teman Badan Pengurus Harian (BPH) memutuskan bahwa semua keuangan organisasi, akan disimpan di tabungan Jenius.
“Alasan mendasar kami memilih Jenius karena ini memungkinkan kita untuk memilih beberapa orang sebagai pengawas dalam rangka memonitor masuk dan keluarnya uang… dengan demikian, kita bisa lebih transparan dan tentu saja professional untuk kebaikan organisasi kita dan masyarakat Indonesia ke depannya,” jelas Mas Ubaidillah selaku bendahara.
Sejatinya aku cukup memahfumi bahwa Mata Garuda adalah komunitas orang berintegritas dan insya Allah amanah. Demikian, jika kembali ke pesan orang tua zaman dahulu tentang uang gak memiliki saudara, menjadikan hak dan tanggung jawab untuk saling memonitor, sebagai langkah preventif yang perlu diambil. Dan Jenius menjawab kebutuhan itu.
Mendapati realita tersebut, aku menjadi semakin yakin bahwa organisasi tempat aku mengabdi ini, akan memiliki performa yang lebih baik karena kami bisa memonitor keuangan organisasi bersama-sama. Ini artinya kepengurusan kami selama 2 tahun ke depan akan sangat terbantu dengan keberadaan Jenius karena dapat meminimalisasi risiko masalah yang bersumber dari keuangan.
Di titik ini aku memahami bahwa Jenius adalah jawaban untuk semua dinamika keuanganku, bukan hanya untuk kebutuhan personal tapi juga professional. Dari hobi traveling, transaksi di marketplace, hingga organisasi yang lebih transparan. Karenanya, ke depan dari sekarang, aku akan menggunakan Jenius untuk perihal keuangan termasuk keuangan perusahaan start up yang sedang aku kembangkan saat ini. Dengan demikian aku gak butuh banyak kartu karena satu kartu saja sudah menjawab semua kebutuhanku.
Comments ( 0 )