Dengan thread ini, tujuan saya ingin berbagi dan bertanya kepada kawan kawan sekalian: “Apakah budget bulanan harus sesuai teori financial plan atau fleksibel mengikuti realita kebutuhan?” Simple kan? Yuk, sharing bareng-bareng.
Referensi financial plan yang begitu banyak memberikan setidaknya informasi dan pengetahuan baru untuk kita cerna. Setidaknya pada titik memahami, kita mampu menjadikan pengetahuan tadi menjadi kebiasaan kita dalam melakukan aktivitas sehari hari. Tapi, apakah semua bisa berjalan mulus sesuai teori? Setidaknya, perhari kita memiliki rekening bank, kita terbantu untuk meletakkan uang kita dengan aman. Dan juga yang pasti membantu kita bertransaksi dengan mudah. Sebenarnya yang menjadi momok besar kita adalah tabungan. Coba deh, buat percakapan sama teman teman dekat dulu, “Eh, tabunganmu sekarang berapa kalau boleh tahu?”. Untuk beberapa kondisi setiap orang, pertanyaan tadi pasti sensitive atau bahkan tabu membicarakan tentang keuangan. Di sisi lain, kita giat banget mencari informasi paling efektif untuk kondisi keuangan kita, bisa berupa feed di Instagram, artikel financial, ataupun buku. Sebenarnya, banyak banget kan sumbernya. Makin banyak makin pusing, sih sebenarnya buat kita baca. Kenapa? Karena hal yang terpenting adalah perlakuan langsung teori ataupun informasi mengenai financial plan tadi. Tidak perlu menunggu ini dan itu untuk tetap menjaga sistem financial pribadi kita tetap terkontrol. Semuanya perlu dilakukan.
Melihat postingan Instagram di @jeniusconnect tentang Budgeting 50/30/20 dengan Jenius beberapa waktu lalu, saya kembali diingatkan untuk mengatur lagi perlakuan saya terhadap uang. Dari klik like pada postingan tersebut pun juga ribuan. Termasuk saya pun juga like postingan tersebut, ya walaupun pada waktu sebelum Jenius posting juga sedikit banyak sudah tahu mengenai porsi uang: Saving, Kebutuhan dan Cita cita.
Pengalaman saya (tentang teori serupa), tabungan adalah sebuah kewajiban yang harus saya miliki. Namun tidak mudah ternyata. Sebelum memiliki tabungan, paling tidak saya harus memiliki pemasukan. Ya STEP 1 nya adalah memiliki Pemasukan. Dari pekerjaan, dari usaha, apapun lah bentuknya yang mampu menambah nominal di rekening atau dompet saya. Yang penting halal. Tapi, setelah step tersebut telah dilakukan ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Alih alih menabung, saya malah banyak keinginan. Akhirnya uang saya seperti hilang dan tidak memiliki apa apa. Munculah pemikiran, “Kok bisa ya, sama seperti sekolah dulu. Sekolah gak dapet uang tapi bisa aja hidup dan bersenang senang. Lah sekarang, sudah ada pemasukan kok ya gak punya uang, bersenang senangnya pun malah berkurang.” Ini awal saya aware akan financial plan dan memang penting untuk mengatur segala pemasukan apalagi pengeluaran. Start dari awal lagi, giat saya mencari pemasukan ter program sesuai teori, harus menabung, lalu memenuhi kebutuhan dan meluangkan yang lain untuk cita cita. Disini berbeda beda ya untuk perlakuan masing masing terhadap uang dan yang pasti akan mengikuti kondisi apa yang sedang dihadapi. Banyak beberapa yang memiliki pemasukan dan diatur sendiri, beberapa yang lain masih harus menanggung beban saudara atau keluarga, atau masih mengenyam pendidikan tapi pemasukan dari orang tua. Yang pasti kita wajib aware terhadap keuangan kita. WAJIB. STEP 2 nya adalah Financial Plan. Nah ini yang kerap kita bahas di sosial media, maupun sekarang sudah menjadi bahasan yang menurut saya sexy untuk dibuat support orang orang sekitar kita. Perlakuan budget saya sampai sekarang pun tidak pernah ideal, dalam pengertian: “Oh saving harus 20%, untuk kebutuhan tidak boleh lebih dari 50% pemasukan, dan lain lain 30%.” Masih amburadul kawan kawan. Kenapa? Saya sendiri pemasukan tidak tetap (apalagi kondisi pandemi sekarang ya), yang menjadi tetap adalah kebutuhan sehari hari (makan, tempat tinggal dan keperluan harian lain). Saya sendiri harus menargetkan pemasukan yang harus ada pada titik aman kebutuhan terpenuhi, dan sisanya saving lalu keinginan lainnya. Kembali lagi, struggle masing masing beda beda ya, namun dengan adanya campaign, informasi untuk perencanaan keuangan, inilah yang mendorong saya untuk: “Ya, beberapa tahun ke depan saya harus selesai dengan tanggungan ini dan beralih ke pencapaian A, B, C, dan seterusnya.” Tetap fokus dan mengerti kondisi keuangan setiap saat, benar benar membantu loh. Kita seperti yang sadar penuh, kira kira jika pemasukan segini gini aja apa bisa? Saya sih yakin. Masih muda kok. Dan berpikir sederhana sebentar. “Eh itu orang orang yang kerja keras setiap hari, apapun profesinya bisa semangat banting tulang loh.” “Apa ya pakek teori 50/30/20 ya?” “Tapi masih bisa hidup juga kok.” “Padahal kalo dilihat pemasukkannya yang ke takar kayaknya gak cukup deh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” Ya, seringkali, heran sendiri dengan pertanyaan pertanyaan sendiri yang muncul dan dijawab sendiri. Hehehe…
Hadeuh~ Jadi gimana kalau pengalaman kalian terhadap teori financial plan atau informasi serupa? Siapa sih yang gak mau bebas secara financial, kayak gak mikir gitu soal uang. Hehe. Saya sendiri masih di fase mencari pemasukan semaksimal mungkin untuk masa depan. Dan alhamdulillah masih bisa nabung walaupun sedikit. Mengupayakan sama dengan Budgeting 50/30/20 nya Jenius. Sepertinya, kalau berusaha menjadi kebiasaan tentang perencanaan uang, tahun depan atau dua tahun lagi bisa investasi cita cita saya. Asal gak surut aja pemasukan. Tetap stabil. Aamiin~
Semoga pengalaman saya menjadi manfaat untuk yang membaca ya. Yuk, sharing juga dong pengalaman dan perencanaan financial versi kalian. Komen thread ya.