Cerita Jenius-ku berawal dari perkenalan pertamaku dengan Jenius SMBC Indonesia di tahun 2016-2017. Lupa tepatnya kapan, yang kuingat saat itu aku masih harus datang ke kantor Bank SMBC Indonesia Bandung untuk verifikasi. Awalnya, aku tertarik dengan Jenius karena fitur e-Card yang bisa aku gunakan untuk transaksi online pengganti kartu kredit. Juga karena promo Jenius Every Yay-nya yang “yay” banget! Sebagai anak milenial, waktu itu aku bangga bisa pamer kartu debit Jenius. Pionir digital banking di Indonesia gitu lho.
Seperti pasangan, makin aku mengenal fitur-fitur Jenius, makin aku jatuh cinta. Apalagi seiring waktu Jenius selalu mengembangkan diri dan menambahkan fitur-fitur ajaibnya. Duh, jadi kayak ngomongin kriteria pasangan ideal beneran nih, hehe. Saking sayangnya sama Jenius, aku sering kali promosiin Jenius ke teman-teman dekatku, sampai-sampai aku didaulat sebagai sales Jenius oleh mereka, hahaha.
Dari sekian banyak fitur, yang paling aku suka adalah fitur “Save It” dan “Card Center”. Di usiaku saat ini, aku lagi getol-getolnya belajar manajemen keuangan pribadi, termasuk mengumpulkan dana darurat, investasi, dan mengatur pengeluaran biar gak boros. Dari beberapa financial planner yang sering berbagi informasi di media sosial, aku jadi mengerti tentang bagaimana cara membagi pos-pos pendapatan. Akhirnya aku pun memutuskan untuk membagi pos pengeluaran menjadi Living (50%), Saving (30%), dan Playing (20%). Nah, di sinilah peran fitur “Save It” dan “Card Center” Jenius sangat membantu kehidupan keuanganku.
Pos Keuangan di Aplikasi Jenius SMBC Indonesia
Pos Living adalah uang yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Uang ini aku simpan m-Card atau kartu debit Jenius GPN. Dari sini ini aku bisa langsung top up akun-akun transportasi online melalui fitur e-Wallet. Selanjutnya pos Saving adalah pos untuk mengumpulkan dana darurat dan investasi yang aku simpan di Flexi Saver hingga mencapai 10 juta, lalu aku pindahkan ke Maxi Saver dan sebagian dibelikan reksadana. Thankfully, sekarang kita bisa membuat Flexi Saver lebih dari satu sehingga aku bisa langsung memisahkan keperluan dana darurat dan investasi. Lalu untuk pos Playing aku simpan di x-Card yang dengan mudah bisa aku atur melalui aplikasi. Dari pos Playing juga biasanya aku top up e-Card untuk membayar langganan aplikasi seperti Spotify dan lainnya. Rasanya bahagia dan bangga atas pencapaianku sendiri. Dengan bantuan Jenius akhirnya aku bisa mengumpulkan dana darurat dan punya deposito di Maxi Saver. Seneng rasanya setiap ngeliat jumlah uang di Maxi Saver yang makin berkembang. Kehidupan keuanganku perlahan membaik dengan bantuan aplikasi Jenius, gak perlu pusing dengan banyak rekening dan kartu debit. Simpler life, happier you!
Setelah berhasil mengatur keuangan, akhirnya aku mulai berani merencanakan traveling yang jauh. Sebagai traveller irit, aku cari tiket sekitar setahun sebelumnya biar dapat harga promo. Selama setahun itu aku mengumpulkan uang dari pos Playing untuk keperluan traveling di Dream Saver. Perjalananku waktu itu adalah ke Seoul, Korea Selatan dan tentu saja kartu debit Jenius adalah sahabat—atau aku sebut pasangan?—yang sangat bisa diandalkan. Waktu itu aku gak beli Won di Indonesia lho. Aku cuma mengandalkan kartu debit Jenius untuk tarik tunai dan melakukan transaksi, mulai dari mulai di restoran, belanja oleh-oleh, hingga masuk ke tempat wisata. Udah gitu, setiap selesai transaksi tuh langsung ada notifikasinya dan rate-nya pun bagus! Ya ampun, Jenius, what would I do without you?!
Happy 4th anniversary ya, Jenius. Gak nyangka ternyata sudah 4 tahun juga aku bersama Jenius, menyaksikan perkembangannya yang begitu pesat, merasakan semua fitur-fiturnya yang semakin Jenius. Semoga semakin Jenius fitur dan keamanannya. Aku menunggu fitur untuk membeli reksadana dan instrumen investasi lain langsung dari aplikasi Jenius lho, hihihi. Oh iya, aku juga berharap kalau kartu debit Jenius juga bisa digunakan untuk tapping di transportasi publik seperti KRL, Transjakarta, dan MRT biar kayak di Singapura gitu.
Comments ( 0 )