Saya bukanlah tipe traveler yang suka belanja oleh-oleh tapi sebenarnya enggan juga pulang dengan tangan kosong. Alhasil, kartu pos-lah yang menjadi buah tangan saya selepas traveling. Sekitar 3-4 tahun lalu, biasanya saya akan mengirim kartu pos ke coffee shop favorit di Bandung. Niatnya sih memang dikirim untuk diri sendiri. Melalui kartu pos itu saya merekam semua cerita perjalanan saya. Jadi bisa dibilang kartu pos ini semacam personal time capsule buat saya. Barulah ketika beberapa kali kartunya tidak sampai dan kemudian saya pindah dari Bandung, kartu posnya saya langsung bawa ke rumah.
Bila sebelumnya saya pulang jalan-jalan dengan membawa kartu pos, cerita berbeda justru terjadi saat traveling ke Labuan Bajo. Sebaliknya, saya lebih dulu memiliki kartu pos bergambar Pulau Padar baru kemudian impian ke Labuan Bajo jadi kenyataan.
Ceritanya berawal saat saya mengunjungi pameran Ganesha Exhibition Programme di tahun 2015. Karya foto yang ditampilkan beragam, tapi yang paling menarik perhatian saya adalah karya foto dengan latar Pulau Padar. Saat itu pertama kalinya saya tau ada tempat seindah Pulau Padar, Pulau Komodo, Labuan Bajo. Saking terpesona dengan keindahannya, saya langsung beli Kartu Pos dari foto-foto tersebut. Dari situlah impian jalan-jalan ke Labuan Bajo muncul.
3 tahun berselang, nyatanya impian ke Labuan Bajo belum juga terwujud. Sempat lupa juga dengan impian ini. Tapi ternyata, apa yang kita cita-citakan punya daya tarik yang terus mendorong kita untuk coba mewujudkannya. Di awal tahun 2018 saya membuat bucket list, dan yang saya tulis pertama adalah “I see myself in Labuan Bajo”.
Tak lama setelah itu, Jenius merilis kompetisi #Jalan2Jenius yang berhadiah jalan-jalan ke Labuan Bajo. Saya yang jarang ikut kompetisi pun, mencoba ikutan. Kapan lagi ya kan? 2 minggu berikutnya, daftar pemenang pun diumumkan. Dan, ya saya salah satu pemenangnya!
Lihat postingan ini di Instagram
Tau apa hal pertama saya bawa ke Labuan Bajo? Kartu Pos Pulau Padar.
Sesampainya di Labuan Bajo, saya bolak-balik mencubit tangan sendiri. “Ini beneran gak sih? Ini bukan mimpi kan ya?”. Saya hampir gak percaya bahwa impian yang diangan-angankan sejak dulu akhirnya terwujud. Gak hanya itu, ternyata Pulau Padar yang asli jauh lebih indah. Saya benar-benar menikmati setiap momennya, menghirup udara sedalam-dalamnya, memandang sejauh-jauhnya, mengagumi indahnya ciptaan Tuhan.
Jujur, saya sendiri lupa siapa fotografer misterius Kartu Pos Pulau Padar itu. Teruntuk fotografer, saya ucapkan terima kasih karena fotomu saya punya mimpi baru yang berhasil saya wujudkan. Berawal dari sebuah kartu pos, undangan untuk sebuah angan-angan.
Dari pengalaman ini, saya ingin mengajak teman-teman Co.Creators yang sedang traveling atau berencana untuk traveling dalam waktu dekat, untuk berbagi cerita dengan saya lewat kartu pos. Saya akan sangat senang dan menganggap kartu pos yang kalian kirim sebagai undangan bucket list untuk ke sana. Likewise, if you’re interested, saya juga akan mengirimkan kembali kartu pos dari destinasi yang saya kunjungi. Dengan harapan, kartu pos tersebut juga bisa menjadi undangan bucket list buat kalian.
Akhir dari tulisan ini, semoga kisah yang saya bagi bisa menginspirasi teman-teman. Saya sendiri kadang tidak percaya, occasionally dreams do come true and it’s scary. Jadi, gak ada salahnya kan mulai buat bucket list dari sekarang? Yuk, mulai susun rencana destinasi kamu tahun ini.
Baca artikel asli Raka di sini.
Comments ( 0 )